Mohon tunggu...
Nurul Badiah
Nurul Badiah Mohon Tunggu... Lainnya - seorang mahasiswa di UMSIDA SIDOARJO

dalam hidup hanya ada dua pilihan, antara maju dan mundur, saat kamu memutuskan untuk maju, saat itulah kamu termasuk pejuang, namun saat kamu memilih untuk mundur, detik itu lah kamu menjdi seorang pecundang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Kurma yang Spesial

1 Oktober 2020   07:15 Diperbarui: 1 Oktober 2020   07:20 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Nurul Badi'ah

Setiap orang tua menginginkan setiap anaknya sukses di dunia dan akhirat, begitu juga orang tuaku.

Perkenalkan namaku  Nurul Badi'ah,  tapi biasanya disapa Bida, orang tuaku mengirimku ke pondok ketika aku duduk di kelas VII MTS dan berlanjut sampai dijenjang MA , pondokku adalah pondok sederhana, tapi melahirkan generasi intelektual yang tinggi dan berakhlakul karimah , namanya  Pondok Al karimi yang terletak di desa Tebuwung Dukun Gresik, dulu pondokku diampu oleh KH. Muhammad Sabiq Abdullah, yang kerap kali kami sapa dengan sebutan Abah, beliau adalah orang yang alim, santun, tawadhu' dan ramah sekali dengan para santrinya, namun setelah beliau meninggal,kemudian digantikan oleh putra pertamanya  yang bernama KH. Abdul Muhsi.

Aku hanya ingin menceritakan sebuah pengalamanku bersama abah saat dulu aku masih dipondok, pengalaman yang menurutku sebuah pelajaran sekaigus cambuk kebaikan yang lukanya membekas sampai sekarang, dulu di pondok ada istilah piket ndalem, mungkin kalian yang sudah pernah di pondok tau istilah itu, yakni piket untuk membersihkan rumahnya pk yai dan bunyai, 

saat sepulang dari piket dalem, aku dan kakak kelasku menuju kamar mandi, namun untuk sampai dikamar mandi kami harus melewati jeding kobok yakni tempat untuk mencuci kaki saat sebelum dan sesudah dari kamar mandi, namun disamping tempat tersebut ada batu besar yang biasanya kami gunakan pengganti untuk melewati jeding kobok, 

saat itu yang pertama kali masuk ke kamar mandi adalah kakak kelasku, dan dibelakanya adalah aku, namun kakak kelasku ini tidak menginjakkan kakinya di jeding kobok, dan ternyata saat itu abah sedang ada di samping kamar mandi, entah beliau lagi ngapain, yang aku tau beliau tidak berdiri sendiri disitu, 

namun bersama para tukang, saat itu abah memanggilku, aku adalah anak yang penakut , setiap kali abah memanggilku pasti aku takut, karena dalam pikiranku pasti ada masalah, padahal tidak selalu masalah yang aku terima ketika abah memanggilku, namun kali ini adalah masalah besar, saat itu aku menghampiri abah dengan wajah polos dan posisi kepala menunduk, 

abah biasanya memanggilku dengan sapaan khasnya "Ida " karena aku lama sekali menghampirinya abah kemudian memanggilku kembali " sini da " aku datang " iya bah ", beliau kembali berkata" siapa tadi yang masuk kamar mandi tapi kakinya tidak masuk di jeding kobok " aku menjawab sembari tertunduk takut " kakak kelas bah " , abah kembali bertanya " kamu bukan orang NU ? " aku kaget dengan pertanyaan abah yang meragukan identitasku, aku pun menjawab " iya bah saya orang NU, NU tulen ", abah melanjutkan perkataanya " kamu tau manfaat dari jeding kobok? " dengan polosnya aku menjawab " biar kakinya bersih bah" kemudian abah berkata " 

bukan hanya itu, abah buatkan jeding kobok itu untuk mensucikan kakimu ketika masuk ke pondok, saat kakimu membawa najis maka akan suci melalui air di jeding kobok" 

aku pun membalas argumen abah " tapi bah kan airnya sudah mulai kotor " abah tersenyum 

" abah sudah mengatur ukuran jeding kobok itu, airnya lebih dari dua kola, kalau tidak mau kotor ya dibersihkan nduk, apalagi kalian perempuan, banyak kemungkinan membawa najis dari kamar mandi, saat habis kencing, habis membersihkan pembalut, disitu kakimu membawa najis , jika tidak dibersihkan didalam jeding kobok , maka najis yang ada di kakimu akan terbawa masuk kedalam pondok, dan akan membuat seluruh lantai pondok akan najis karena ulahmu, saat ada yang sholat, maka sholatnya tidak sah, dan siapa yang terkena dosanya kalau bukan kamu " tutur abah yang panjang sekali, aku hanya menundukkan kepala sembari menjawab " iya bah, ngapunten " 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun