Mohon tunggu...
Nurul Afifah Sophia
Nurul Afifah Sophia Mohon Tunggu... Perpetual Learning

Interested in the fields of philosophy and literature.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Resensi Buku "The Art of Loving" by Erich Fromm

15 Mei 2025   13:50 Diperbarui: 15 Mei 2025   13:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul                    : The Art of Loving
Penulis               : Erich Fromm
Tahun Terbit   : 1956
Genre                  : Psikologi, Filsafat, Cinta

Resensi Pribadi: The Art of Loving -- Erich Fromm

Aku baru saja selesai membaca buku The Art of Loving karya Erich Fromm. Dan jujur, aku merasa seperti sedang bercermin bukan hanya soal bagaimana aku mencintai orang lain, tapi juga bagaimana aku selama ini memahami cinta itu sendiri.

Selama ini, aku pikir cinta itu soal menemukan orang yang tepat. Tapi ternyata, dari buku ini aku belajar bahwa cinta bukanlah tentang menemukan, tapi tentang menjadi. Menjadi pribadi yang siap mencintai dengan kesadaran, keberanian, dan tanggung jawab.

Fromm bilang, cinta itu seni. Seperti melukis atau menulis. Perlu latihan, ketekunan, dan proses jatuh-bangun. Aku jadi sadar, kadang aku ingin dicintai begitu saja tanpa benar-benar bertanya: sudahkah aku tahu bagaimana mencintai dengan benar?

Yang paling menampar aku adalah bagian saat Fromm membahas cinta sebagai tindakan aktif. Cinta bukan pasif, bukan sekadar perasaan melayang yang datang begitu saja. Ia adalah keputusan. Komitmen. Dan yang paling penting, cinta sejati hanya bisa hadir dari dua manusia yang sama-sama utuh.

Di zaman yang serba instan seperti sekarang, kita sering menjadikan cinta sebagai pelarian dari kesepian. Tapi Fromm mengingatkan, kalau kita belum bisa berdamai dengan kesendirian, maka cinta hanya akan jadi bentuk lain dari pelarian, bukan pertumbuhan.

Bagian favoritku adalah ketika ia bilang bahwa cinta sejati itu mengandung empat elemen: care, responsibility, respect, dan knowledge. Dan aku jadi bertanya: sudahkah aku mencintai dengan keempatnya?

Setelah membaca ini, aku tidak hanya ingin menjadi pasangan yang baik untuk seseorang kelak. Aku ingin belajar menjadi pribadi yang bisa mencintai dunia, hidup, dan diriku sendiri dengan lebih sadar. Mungkin ini alasan kenapa buku ini sangat berkesan: karena ia tidak menjual ilusi cinta yang manis, tapi justru mengajak kita masuk ke kedalaman yang kadang menantang tapi menyehatkan.

Jadi, buat kamu yang sedang belajar mencintai, sedang memperbaiki diri, atau sedang patah hati, aku rekomendasikan buku ini. Bukan untuk mencari jawaban yang instan, tapi untuk belajar bahwa mencintai adalah perjalanan seumur hidup. Dan itu dimulai dari dirimu sendiri.

"To love somebody is not just a strong feeling it is a decision, it is a judgment, it is a promise."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun