Mereka memiliki kamar mandi dengan wc sendiri yang menggunakan septic tank, wc tersebut dibangun juga karena bantuan dari warga sekitar. Untuk kebutuhan air minum sehari – hari mereka memanfaatkan air hujan yang di tampung menggunakan tempayan di samping rumah lalu direbus serta menggunakan air sungai yang terdapat di depan rumah mereka untuk digunakan sebagai air mandi dan mencuci pakaian sehari – hari.Â
Penerangan rumah mereka menggunakan listrik yang menumpang dan didapat secara gratis karena merupakan hibah dari tetangga sebelah rumahnya. Di dalam rumah mereka hanya terdapat tiga aset elektronik yakni kipas berukuran kecil dan satu rice cooker.Â
Mereka juga memiliki satu lemari plastik yang berukuran sedang, dua kasur kapuk yang sudah lusuh sebagai alas tidur. Untuk memasak sehari – hari mereka memasak menggunakan kompor gas dan mereka makan sehari dua kali dengan sayur yang dimasak oleh cucunya atau pemberian dari orang lain namun jikalau tidak ada uang ataupun sayur mereka hanya memakan nasi saja.
Suasana lingkungan disekitar rumah Ibu Nabe terbilang tidak terlalu ramai karna sedikit warga. Jarak antar rumah kerumah disekitar rumah Ibu Nabe kurang lebih 10 meter.Â
Rumah-rumah masyarakat berada di pinggir jalan dan tidak ada terdapat gang didaerah tersebut. Keadaan lingkungan sekitar tidak tampak kumuh dan masih terlihat bersih.Â
Suasana di lingkungan tersebut juga tampak sepi karena masyarakat yang belum banyak. Â Akses untuk sampai kerumah beliau harus melewati sungai kecil yang terdapat di depan rumah dan untuk melewati sungai tersebut harus melalui jembatan kayu yang sudah rapuh milik tetangga sekitar. Halaman rumah tampak sangat kecil yaitu hanya sekitar lebar jalan.
Pekerjaan utama penduduk sekitar adalah menanam padi dan berladang. Sebagian penduduk menanam padi dengan menumpang dilahan orang lain dimana setelah padinya dipanen akan diberikan sebagian kepada pemilik tanah sebagai bayaran sewa lahan yang dipakai.Â
Masyarakat yang memiliki lahan yang luas akan menanam padi lebih banyak sehingga hasil panen mereka akan dijual sebagian dan sebagian lagi mereka sisakan untuk mereka makan sampai mereka menanam padi kembali.
Dengan kondisinya yang lumpuh, Ibu Nabe tidak bisa lagi bertani seperti sebelumnya, sehingga beliau hanya mengandalkan dari orang-orang terdekat. Kondisi ekonomi kedua anaknya pun masih kekurangan membuat mereka tidak dapat banyak membantu. Sehingga tidak dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan sehari-hari Ibu Nabe dan cucunya. Diharapkan dengan adanya tulisan ini semakin banyak uluran tangan dari masyarakat maupun pemerintah untuk membantu Ibu Nabe.
Ditulis oleh: Nurul Fajriah, Aginda Nazla Larasati, dan Erni Theresia Pardede