Mohon tunggu...
Nurul Fauziyyah
Nurul Fauziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

mahasiswa aktif jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang tertarik dengan konten pemberitaan dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serta Mulia Tumbuh Mu Bersama Waktu

7 Agustus 2025   18:27 Diperbarui: 7 Agustus 2025   18:27 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rona pagi ujung danau, diambil pada ahad, 3 Agustus 2025

"it takes a village to raise a child" kalimat ini pertama kali saya dengar melalui podcast suara berkelas bulan lalu. kalimat ini menjadi panggilan nurani yang semakin relevan dengan realitas sosial saat ini yang mulai terpecah belah dan dalam lingkungan yang kehilangan sentuhan kolektifnya.

dalam episode itu, pembicara menggarisbawahi bahwa, betapa peran kolektif lingkungan sosial sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. orang tua bukan satu-satunya aktor yang bertanggung jawab. tapi tetangga, keluarga besar, tokoh agama, bahkan sistem sosial di sekitarnya, semua mengambil peran dan bagian besar dalam membentuk karakter, nilai dan masa depan seorang anak.

jika kita soroti hal ini dalam sudut pandang Islam, anak hadir bukan hanya menjadi amanah bagi orang tuanya saja, tapi bagian dari amanah yang dititipkan pada masyarakatnya. jika kita ingat kilas balik bagaimana Nabi Muhammad dibesarkan, beliau tidak hanya menjadi amanah bagi orang tuanya saja. semenjak di kandungan, beliau ditinggal seorang ayahnya, hingga saat lahir dan baru menjadi bayi yang baru beberapa bulan, beliau di tinggal ibunya, kemudian seterusnya kakeknya hingga di besarkan oleh pamannya. sebetulnya dari sejarah ini saja sudah ada isyarat tersirat bahwa setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini bukan hanya amanah bagi orang tuanya saja, tetapi selalu ada porsi peran yang terbagi dengan adil pada setiap lingkungan dimana ia akan tumbuh dan berkembang.

sayangnya, nilai-nilai kebersamaan ini mulai luntur. masyarakat modern kini terlalu fokus pada ruang privat dan acap kali menganggap urusan anak sebagai "bukan urusan saya". keresahan ini menjadi inti diskusi yang layak untuk diperbincangkan dengan baik, agar muncul langkah terbaik untuk menyadarkan bahwa tanpa keterlibatan sosial yang utuh, seorang anak bisa tumbuh dalam kekosongan nilai dan kehilangan arah moral.

di daerah tempat sekitar kita tinggal saja, bisa diamati secara langsung bahwa krisis sosial yang paling mencolok adalah longgarnya solidaritas lingkungan. jika dulu anak-anak bisa bermain bebas di pekarangan rumah dengan pengawasan kolektif dari para ibu-ibu dan kakek nenek tetangganya, kini mereka tumbuh diantara pagar tinggi, gadget dan orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya.

bukan hal asing kiranya kasus-kasus anak mengalami kekerasan, kecanduan media sosial atau kehilangan identitas religinya sejak dini, karena lingkungan sekitarnya yang pasif dan tidak hadir dalam kehidupannya.

"butuh satu kampung untuk membesarkan seorang anak" 

kalimat itu sepertinya hanya tinggal menjadi slogan, sebab realitas sosial menunjukkan bahwa kampung-kampung itu justru semakin sunyi, dingin dan tertutup.

lingkungan sosial yang sehat seharusnya hadir sebagai ruang aman, mendidik dan membangun kesadaran kolektif. namun kian hari, kita menghadapi tantangan berupa isolasi sosial, polarisasi pandangan keagamaan, serta hilangnya ruang interaksi lintas generasi.

miris, ketika perasaan sebagai seorang perempuan yang juga sama masih butuh berkembang dan dibimbing semagai anak, dewasa dan sebagai makhluk tuhan biasa, melihat generasi kecil yakni anak-anak saat ini tampaknya banyak kehilangan arah dan rentan terjerumus dalam pergaulan bebas atau tumbuh tanpa figur teladan yang akhirnya dipertanyakan dimana kampung tempat mu tumbuh? dimana masyarakat yang katanya ikut ambil peran terhadap pertumbuhan generasi penerusnya? nihil jawaban, dan hal ini mulai jatuh pada pundak saya yang mulai merasa gelagapan entah mau jawab apa saat akhirnya pertanyaan itu seperti menatap tajam pada keberadaan tubuh ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun