"Kembang Joyo sudah sepantasnya kalau dirimu yang memimpin kerajaan baru ini," kata Puspa Andung Jaya.
"Kanjeng Adipati, masih banyak pejabat di Carang Soka yang lebih mumpuni dari saya, bukankah Kanjeng Adipati masih mempunyai Putri,"  Kembang Joyo melirik pada Rayung Wulan yang berdiri di samping Soponyono. Â
Sebelum putrinya berkata Adipati Puspa Andung Jaya sudah memutus niat Rayung Wulan itu,"Kembang Joyo putriku akan selalu menurut pada perintahku," Rayung Wulan hanya menunduk ke tanah, ia tarik kembali kata-kata yang ingin diucapkan.
"Karena untuk memerintah Carang Soka, Parang Garuda harus ada seseorang yang mempunyai olah kanuragan dan ilmu batin yang mumpuni. Bahkan juga harus ada pusaka. Dan Kembang Joyo, ketika pertama kali aku melihat kamu megenakan dua pusaka itu. Kuluk Kanigoro dan keris Rambut Pinutung dalam batinku yang paling dalam hanya kamu yang bisa membawa daerah pantai utara, Carang Soka, dan daerah perdikan lainnya bisa bertahan hingga kelak akhir zaman."
Sebenarnya ada banyak kata yang ingin disampaikan Kembang Joyo, namun ketika melihat Singopadu hanya tersenyum dan manggut-manggut. Dalam diamnya ia menghitung langkah meninjau jarak melihat kenyataan jika kata-kata Adipati Puspa Andung Jaya yang telah membuka perdikan kemudian menjadi Kadipaten pastilah juga orang terpilih Sang Yang Widi.
Sebelum dirinya menyetujui permintaan Sang Adipati, ia hanya memandang ke arah selatan dekat dengan sungai yang landai membelah kadipaten Parang Garuda dan Carang Soka yang kini telah lebur jadi satu. Di sana akan ia dirikan kerajaan dengan nama Pati. Â Â Â
(Pati, 19 Desember 2020)