Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandya Kala di Kadipaten Parang Garuda (Tamat)

19 Desember 2020   05:28 Diperbarui: 19 Desember 2020   05:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : infobaru.id

Prajurit Carang Soka sudah siap mengeroyoknya.  Satu kesalahan fatal jika dirinya menghentikan kuda yang tengah berlari yang sedang birahi. Yuyu Rumpung tahu jika kudanya hanya mengikuti kuda betina yang berlari seolah-olah menggoda itu.  

Kesadaran Yuyu Rumpung mulai menyatu ketika tahu yang ada di punggung kuda betina itu adalah  Singopadu, musuh besarnya. Lari kuda Singopadu ke arah barat laut menuju ke kaki Gunung Muria menerbangkan debu tipis karena hentakkan kaki kuda prajurit yang berada di belakang Yuyu Rumpung.

Tiba dikelokkan bukit tetiba Yuyu Rumpung dan di kagetkan  prajurit Carang Soka yang sudah berada di balik gerumbulan. Keadaan yang sangat tidak menguntungkan untuk prajurit Yuyu Rumpung, karena mendapat serangan yang sangat tiba-tiba itu, maka sebagian besar menjadi korban dan prajurit sisanya berusaha mati-matian mempertankan nyawanya yang juga di ujung tanduk.

Yuyu Rumpung bukan tidak tahu semua pembantaian itu, namun karena kudanya tidak bisa dikendalikan maka dirnya hanya berusaha sebisa-bisanya agar tidak terlempar dari punggung kuda. Kalau sampai itu terjadi maka jurang di kanan dan kirinya sudah siap mengubur hidup-hidup. 

Singopadu tersenyum buruan telah masuk perangkap. Sengaja kuda yang dihela Singopadu dipelankan, tali kekang tidak dipegang kuat lagi, hinggap pada tanah lapang yang jauh dari sungai dan sawah dirinya menghentikan kudanya.

Yuyu Rumpung yang berada lima tombak di belakang Singopadu mau tidak mau harus menghentikan kudanya. Karena kuda jantan yang ditungganginya tidak mau lagi berlari setelah kuda betina Singopadu berhenti.

Tetiba Singopadu menepuk punggung kuda. Tepukan yang sangat tiba-tiba itu membuat kuda betinanya kaget dan berakibat lari tiba-tiba. Melihat kuda betina lari, kuda Jantan yang tengah birahi itu seolah tidak ingin lagi terpisah tetiba lari.

Yuyu Rumpung yang masih berada di atas kudanya tidak menyangka dengan kejadian ini, dirinya pun terhenyak dan refleksnya belum terjaga benar yang terjadi adalah tanah kering berbatu menjadi tempatnya terjerembab.

"Iblis kamu, Singopadu!" kata Yuyu Rumpung sambil berusaha berdiri, setelah dihempaskan kudanya.

"Rumpung... Rumpung, tidak pernah lagi mencium perempuan ya... tanah pun kamu kangkangi gitu," ejek Singopadu. Hati Yuyu Rumpung sangat panas, dirinya merasa dilecehkan. Sudah lama dirinya menendam penasaran ingin berhadapan dengan Singopadu, patih Carangsoka yang sangat tersohor.

Pukulan lurus mengarah ke ulu hati Singopadu, mendadak dilayangkan Yuyu Rumpung. Andaikan orang biasa pasti akan terhenyak dan jatuh seketika. Tetapi yang diserang dalah orang yang juga mempunyai ilmu sepadan dengan penyerang, meskipun agak terlambat tangkisan keluar bisa menahan pukulan itu. Bahkan dengan lembut pukulan Singopadu dari bawah yang mengarah ke dada Yuyu Rumpung membuatnya harus melompat ke belakang agar kepalanya tidak oleng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun