Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Dolanan Anak-anak Benteng-bentengan hingga Natuna Benteng Indonesia

11 Januari 2020   08:19 Diperbarui: 11 Januari 2020   08:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : id.investting.com

"Hari ini saya saya ingin memastikan dan memberitahukan bahwa kepulauan natuna adalah adalah territorial kita yang masuk dalam NKRI." (Rabu, 8 Januari 2020) Demikian antara lain sambutan presiden Jokowi ketika memberikan sambutan di antara peserta yang hadir di Natuna yang sedang diberitakan diberbagai media. Dan kehadiran Jokowi di batas wilayah Utara Indonesia itu menegaskan jika NKRI adalah kedaulatan bangsa yang tidak bisa ditawar-tawar.

Dan ketegasan sikap Jokowi itu membuat kapal penjaga pantai milik China mundur secara teratur menjauhi wilayah ZEE Indonesia. Sebelumnya kapal nelayan negeri tirai bambu itu lebih dahulu menjauhi wilayah nusantara. Dengan sendirinya berita yang sempat menghiasi tajuk rencana, menjadi head line surat kabar, menenjadi tranding kabar di medsos, bahkan selalu menjadi pembicaraan pengamat perlahan-lahan tenggelam.

Kalau berita China mempunyai hubungan ekonomi, sosial budaya, keagamaan, dan segala sendi kehidupan sudah kehidupan sudah berlangsung sangat lama. Kalau ada yang masih ingat pelajaran sejarah di Sekolah Dasar ada bagian yang menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunnan. Wilayah dari daratan China yang juga sebagai asal laksamana Cheng Ho.

Kalau masih ingat juga bagaimana perang nenek moyang kita tepatnya sebelem zaman Majapahit berdiri pernah terjadi. Saat penguasa Tartar ingin menaklukkan Singosari pada masa pemerintahan Kertanegara dan dilanjutkan Jayakatwang.

Bahkan akulturasi pun sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia, dan jikalau ada yang menyebutkan akan terjadi perang antara China dan Indonesia mungkin harus belajar dari sejarah. Hingga pada masanya akan terjadi istilah. "Wong Jowo Ilang Jawane, wong Chino lan Londo kari Sejodo."

Kalau arti secara harfiah Wong Jowo Ilang Jawane, artinya orang jawa pada umumnya sudah kehilangan tata kramanya, tidak mempunyai lagi tata kesopanan sebagaimana leluhurnya. Sehingga sifat ksatria jauh dimiliki.

Sedangkan wong Chino lan Londo kari sejodo artinya, merekalah yang dapat memiliki budaya Jawa yang ditinggalkan pemiliknya. Berbeda dengan sejodo yang artinya jumlah, tetapi lebih pada makna merekalah yang memiliki budaya-budaya, dan keindahan  seni yang sebelumnya dibuat dan diwariskan oleh nenek moyang orang Jawa khususnya. Dan secara umum menjadi budaya Indonesia juga.

Ambil contoh saja, adakah yang aneh kalau orang Jawa belajar budaya Jawanya ke Negara Belanda? Tidak aneh. Karena memang demikian nyatanya karena artefak, tulisan lontar, manuskrip kuno banyak yang tersimpan  di negeri kincir angina itu. Bahkan banyak pula budaya-budaya dari suku lain di Inonesia yang mempunyai nilai sakral berderet rapi di sana. Sehingga tidak aneh jika ingin menguasai suatu bangsa miliki kebudayaannya.

Kalau saja kita masih ingat masa kecil yang sempat bermain petak umpet, gobaksodor, bermain egrang. Hanya akan tertawa saja ketika menyaksikan maneuver China di laut Natuna, kemudian Tentara Nasional Indonesia mengirim armadanya baik laut maupun udara untuk mengimbangi manuver mereka. Tidak lebih seperti  permainan dolanan, yang zaman kecil saya disebut dengan benteng-bentengan.

Permainan yang dilakukan oleh dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri 6-8 orang. Tiap regu mempunyai markas atau benteng bisa berupa tiang atau pohon yang mempunyai jarak skitar 20 sampai 30 meter. Cara bermainnya, ada yang memprovokasi tim A1, kemudian dikejar anggota tim B1, yang kemudian anggota Tim B1 tadi lari dikejar Tim A2, Tim A2 dikejar B2... . dan seterusnya.

Jika yang dikejar tadi kesentuh artinya mati.  Atau paling cepat dari salah satu anggota bisa menyentuh benteng lawan. Dengan teriakan. "Benteeeng..." maka tim yang berteriak itu dan memegang tiang atau pohon sebagai benteng menjadi pemenang.

Kalau begitu hanya ajang uji coba untuk unjuk kekuatan atau show of force? Bisa jadi. Sehingga siapa yang bisa berteriak keraslah yang akan ditakuti. Karena pembenaran pastilah Cina akan kalah baik secara de facto maupun de jure wilayah natuna milik Indonesia. 

Hanya saja kadang-kadang tetangga yang nakal memang dibutuhkan untuk melihat kekuatan lawan. Dan di sini dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang komit dan tegas sangat dibutuhkan, sebagaimana pemerintahan Jokowi sebelumnya yang memiliki menteri KKP Bu Susi dengan jargonnya tenggelam.

Bahkan sepeninggal beliau penggantinya Edy Prabowo kurang lantang bersuara bahkan kurang apa dengan Prabowo Subiyanto yang dalam kampanye bilang lebih TNI dari TNI, tega-teganya angkatan laut Cina Pamer kekuatan di laut Natuna. 

Menanggapi itu netizen ada yang membuat cuwitan seperti anekdot, Ketika AL Cina memasuki perairran Natuna, Presiden Jokowi memanggil para menteri terkait untuk membahas masalah ini di istana Negara, tapi sampai tengah malam tidak ada solusi yang bagus dari para menteri. Akhirnya Jokowi menelpon Presiden Cina.

Tidak berapa lama kemudian dapat kabar dari kepulauan Natuna, armada Cina sudah hilang dari perairan kepulauan Natuna. Pak Prabowo selaku menteri pertahanan sangat penasaran dengan hal ini. Pada saat bersalaman  akan pamit sambil cipika cipika dengan Pak Presiden ia berbisik, "Wi ... . Luh ngomong opo sama Xi Jin sampe dia tarik armadanya?"

Jokowi menjawab dengan berbisik, "Ah Wooo...kamu mau tau aja, cuman singkat aja gue bilang."

"Bikin penasaran aja opo si Wi?" Masih dalam berkata bisik berbisik

"Gue hanya bilang Bro Xi Jin Kalau armada  Cina masih ada sampai subuh, besok pagi gue lantik si Susi  Pudjiastuti jadi menteri pertahanan." Kata Jokowi.

Tentu saja dialog di atas hanya suatu tulisan imajiner berbentuk anekdot  ditulis oleh seseorang yang sangat menginginkan sosok tegas menjaga kedaulatan Indonesia. Terlebih mejaga kekayaan laut Indonesia yang melimpah ruah namun belum dimaksimalkan.   

Wassalam.

(Pati, 11 Januari 2020)    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun