Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih Mbah Jampi, karena Obatmu Istriku Bisa Ke Pasar

14 November 2019   09:47 Diperbarui: 14 November 2019   09:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : Pictosee.com

Belum selesai ayam jantan pertama berkokok yang menandakan pagi masih berselimut gelap, mbah Siswo Jampi sudah bagun dari dipan, matanya dikedip-kedipkan, kepala digeleng-gelengkan, ruas-ruas tangan pun tidak lupa ditekuknya hingga terdengar suara "krettek...krettek...krettek... seolah-olah yang mendengarnya menyangka  jari-jarinya patah  juga. Tidak ketinggalan kegiatan  molet atau merenggangkan tubuh seperti kucing juga dilakukannya. Setelah  tradisi bangun tidur dilaksanakan Mbah Jampi segera menuju ke sumur belakang rumah. untuk membuang isi kandung kemih yang sudah terasa penuh bahkan kalau telat sedikit bisa keluar di tempat. Alias ngompol. Tidak lucu to, lelaki sudah  berumur pipis di celana.

Tradisi bangun tidur terus molet hampir setiap orang juga melakukan, tidak ada yang aneh. Namun menjadi aneh saat molet menjadi kebablasan tidak bisa kembali seperti tamunya yang datang berobat minta urut tadi malam. Si tamu seorang lelaki berusia lima puluh tahunan datang dari kota dua jam perjalanan  sampai rumah Mbah Jampi datang diantar oleh seorang perempuan. Si sakit berjalan di papah dengan tubuh yang miring ke kiri dengan selalu memegang pinggangnya.

Setelah menyilakan tamunya masuk ke rumah, mbah Jampi tanya sebab apa hingga bisa terjadi terkilir di pinggang.
"Apa ngangkat benda yang sangat berat hingga bisa seperti ini?" Tanya mbah Jampi  sambil meminta tamunya ke ruang praktik sebelah ruang tamu. Si pasien menurut saja perintah mbah Jampi dengan dipapah istrinya. Mbah Jampi mendahului dengan membuka pintu kamar praktik dan membersihkannya.

"Jangan lupa bajunya dilepas, pakai sarung yang ada di atas tempat tidur."  Perintah Mbah Jampi.
"Ya mbah..."  kata si lelaki, dibantu oleh istirinya mencopot baju dan celananya, sekarang si lelaki hanya menggunakan celana pendek. Si istri tersenyum melihat tubuh suaminya, meski sudah berumur namun masih terlihat kekar. Si laki-laki   meringis menahan sakit, sebenarnya ia tahu jika istrinya sedang memperhatikan dirinya. Dan ada sesuatu keinginan di sana yang belum kesampaian.

"Hmmm.... hmmm... hmmm, nanti aja di rumah bapak ibu sendiri bisa melanjutkan..." sepasang suami istri yang  sedang berobat itu menjadi malu karena di tebak dengan mudah apa yang ada dipikirannya. Setelah si lelaki  berusaha "mapan" tidur,  namun bukannya segera rebah malah meringis.

"Sakit mbah...mbah sakit... pinggangku  patah  mbah"   keluh si sakit.

"Gak usah buat rebah kalau gitu Pak, duduk aja dipinggir amben." Berkata begitu mbah Jampi segera meraba punggung tidak dengan tenaga, namun yang disentuh  meringis.  Sampai pada titik otot di atas pinggang mbah Jampi  tersenyum. Hanya di raba dengan sedikit tekanan pada pusat sakitnya  si lelaki itu sudah tidak meringis lagi.  Dan si Istri tahu kalau mbah Jampi tersenyum, diberanikan untuk bertanya.

"Ada apa mbah... maaf kalau boleh tahu..." Sebelum  tamunya melanjutkan kata-katanya sudah dipotong sama mbah Jampi.

"Mbah tahu to... kan pernah muda. Hehehehe.... dah sana suamimu sudah sembuh" mbah Jampi tertawa,   si Istri jadi merah pipinya dan tersenyum malu karena tahu maksudnya.  Dan pikirannya menerawang mengapa dirinya harus membawa ke mbah Jampi buka ke dokter atau rumah sakit.

Ya tadi siang kebetulan hari Sabtu pulang kerja agak  awal, anaknya semata wayang sedang ada kegiatan menginap di sekolah. Maka kesempatan itu digunakan oleh si istri menggoda suaminya. Dikenakannya lingerie merah muda yang transparan, sehingga kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang berisi terlihat samar-samar.  Pastilah menggoda suaminya, ia berjalan melenggak-lenggok menuju kamar, namun tidak ditutup.

Si suami yang sedang asyik di depan laptop melirik penuh arti, di lepas bajunya hanya menyisakan boxer. Dan ditunjukkan ke istrinya kalau tubuhnya sangat berisi meski telah berusia lima puluh tahun. Dan tenaganya pasti luar biasa karena latihan di tempat gym secara rutin. Dan istri pun segera menjemputnya. Usia boleh mendekati kepala lima namun otot bagai urat pohon jati yang keras,  hasil latihan dipamerkan ke istrinya. Dikencangkannya otot leher, dan lengan bisep trisep tidak ketinggalan. Otot perut yang sixpack sangat memamanjakan mata istrinya. Si istri sudah gak tahan lagi. Si suami tahu kalau istrinya sudah sangat ingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun