Cowok mancung berperawakan sedang itu mengenalkan dirinya bernama Novi. Dia menyambut saya ramah dan mengizinkan tomat miliknya dipotret.
Luar biasa. Dengan lahan kurang dari seperempat hektar itu, Sarjana Pertanian ini mengaku hasil panen tomatnya mencapai 18 ton per 4 bulan.Â
"Sekarang harganya lumayan, Bu. Sekilonya 8 ribu," katanya dengan wajah ceria. Â
Angka 144 Juta berkelebat di benak saya. Lalu berbisik pada diri sendiri, "Anggap saja modalnya 50%. Masih lumayan. Siklusnya cuman 120 hari."
Dasar emak-emak. Meskipun sudah tua, tabiatnya tetap emak-emak. Soal ngitung laba, otaknya bergetar sekilas petir. Giliran dirinya rugi keningnya berkerut kayak dicakar elang.
Menurut Novi, tanaman tomat mulai berbuah setelah berumur 2 bulan. Produksi puncak tanamannya ini mencapai 8 ton. Kemudian berangsur merosot terus mati.
Saya salut pada Novi. Dia lahir dan besar di kota. Tetapi mampu mengolah sepetak kecil tanah, menjadi mesin mencetak uang. Sementara di pedesaan banyak pemuda dan lahan nganggur.
Tak banyak lagi informasi yang saya peroleh dari Novi perihal pertomatan ini. Maklum bepergian sama kakek ganteng. Buru-buru mau cepat dan serba kilat. Salam deri Pinggir Danau Kerinci.
****