Kemudian kami meraba-raba ke luar rumah. Anehnya, bapaknya tak beranjak dari dalam selimut, kaku seperti batu. Â Dia menyusul setelah diteriaki berkali-kali. Sementara gempa-gempa kecil susul menyusul.
Setelah itu sampai sekarang, malam-malam keluarga saya tak pernah jauh dari senter, meskipun sudah ada Handphone sebagai piranti pengganti.Â
2. Biarkan kunci terpasang di pintu
Mengunci pintu sebelum beranjak tidur malam adalah salah suatu rutinitas setiap keluarga. Kemudian kuncinya dicabut. Sering pula lupa nyimpannya di mana.Â
Ketika dalam kondisi darurat terjebak api atau diguncang gempa, Â dicari-cari entah dimana. Akhirnya penghuni rumah terkepung tak tentu arah.
Untuk menghindari persoalan tersebut, biarkan kunci tercolok di pintu. Kapan kondisi mendesak tinggal mutar  terus keluar.
Mengunci pintu kamar ketika tidur malam juga berisiko. Adakalanya setelah gempa, pintu tak bisa lagi dibuka. Anak-anak terperangkap di dalam kamar.
3. Tinggalkan kebiasaan mengunci anggota keluarga.
Pernahkah Anda tinggal di rumah pada malam hari dengan pintu terkunci? Kuncinya dibawa pergi oleh suami atau anak. Alasannya, malas dibangunkan. Kalau mereka pulang, buka pintu sendiri, Â masuk sendiri.
Kalau tak salah ingat tahun 1981 kasus begini memakan korban dua nyawa sekaligus. Malam itu, sepasang suami isteri pergi nonton film di bioskop.Â
Bapak mertua (ayahanda suami) dan satu anaknya 8 tahun dikunci di dalam rumah. Tiba-tiba terjadi kebakaran. Sekejap, rumah-rumah di kawasan padat penduduk itu hangus. Termasuk kakek dan cucu tadi.