Saat kayu manis terhempas pada level terbawah, tanaman yang ada dibiarkan mati kering. Karena nilai jual dan biaya panen tidak seimbang.
Syukur, akhir-akhir ini harga kopi dan kayu manis mulai bersinar. Sayangnya, di daerah saya Kerinci Hilir sana, produksinya tidak seberapa. Sekarang petani baru mulai menanamnya kembali.
Tetapi zaman telah berganti. Gaya hidup pun berubah. Tinggal di kebun tak lagi menjadi tren. Era digital begini siapa sih, yang sudi bermalam di hutan. Terutama generasi milenial. Maunya cari duit mudah hasil melimpah.Â
Meski tidak di kota, minimal tidak diam di ladang. Bebas naik motor, nonton televisi, main gawai, telepon-teleponan, wa-weaan. Okey! Asal jangan selingkuh-selingkuhan.
Demikian kisah ini saya tulis, sekadar untuk renungan. Semoga bermanfaat. Salam pagi dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Untuk mengetahi tentang perkulitmanisan baca juga :Â www.kompasiana.com/nursinirais