Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Konsultan Partikelir

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isra Miraj dan Tahun Kesedihan Indonesia

23 Maret 2020   09:06 Diperbarui: 23 Maret 2020   10:05 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: harakahislamiyah.com

Bukankah di saat Isra Mikraj diturunkan perintah sholat lima waktu? Bagi Muslim, sebagaimana disabdakan Rasulullah dalam salah satu hadisnya, sabar dan sholat adalah senjata dan pelindung, bukan hanya kewajiban.

Dalam konteks itu, bagi segelintir kalangan Muslim yang saat ini tetap memaksa bahkan nekat, hingga mencitrakan diri sebagai paling beriman, untuk tetap sholat berjamaah di musholla atau masjid, kendati berisiko terpapar COVID-19 baik sebagai pasien maupun perantara penyakit (carrier), tak perlulah berlaku sok jago.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan para ulama serta habaib sudah jelas, untuk menunda dulu aktivitas ibadah berjamaah dalam kondisi wabah penyakit (tha'un) dahsyat seperti sekarang ini.

Toh, sholat lima waktu sementara ini masih bisa ditegakkan di rumah, bersama keluarga tercinta. Tentu ada hikmah di balik semua ini. Everything happens for a reason, tidak ada sesuatu yang kebetulan, tanpa sebab yang melatari atau hikmah yang dapat dipetik.

Justru kenekatan mendirikan sholat berjamaah di saat ini di suatu kawasan yang terdampak wabah penyakit yang jelas-jelas tidak dianjurkan oleh ulama dan pemerintah bukanlah aksi show of force keimanan sejati. Justru itulah tindakan yang bukan hanya tidak berakhlak atau konyol tetapi juga egois, bebal dan zalim.

Mengapa?

Bolehlah, selepas berjamaah, kita sehat tak terpapar virus Korona, mungkin karena imunitas kita tinggi.Tapi tak lantas kita aman-aman saja. Bisa jadi yang terpapar dan kemudian terindikasi positif yang berakibat kematian justru istri, anak, saudara, kerabat atau tetangga kita yang tertular karena berinteraksi dengan kita sebagai carrier (perantara atau pembawa virus Korona). Bisa jadi karena saat terpapar, daya tahan tubuh mereka lemah atau faktor usia.

Alhasil, di situlah kita secara tidak langsung telah berlaku zalim. Dan kezaliman, sekecil apa pun hatta sebesar butiran atom atau zarrah, akan ditanggung dan diperhitungkan nanti oleh Allah di Padang Mahsyar, saat semua dosa dan pahala kita ditimbang dengan mizan yang maha-adil. Sudah siapkah kita? Jika belum, dan pasti takkan siap, mari beristighfar dan bertobat. Minta ampun sungguh-sungguh kepada Allah.

Hal ini juga yang saya sampaikan dan tekankan kepada istri dan putera tunggal saya di rumah. Juga kepada teman-teman, saudara dan kolega di Jabodetabek yang sementara ini hanya dapat terhubung melalui grup Whatsapp (WA) atau media sosial seperti Facebook atau Instagram. Kami saling menasihati dan saling menguatkan dalam kondisi tak menentu seperti sekarang ini. Terlebih, dalam kalkulasi dan estimasi para pakar, Indonesia belumlah melewati masa puncak penyebaran virus Korona.

Berdasarkan analisis Badan Intelijen Nasional (BIN), salah satu lembaga negara yang secara khusus ditugaskan Presiden Jokowi untuk terjun dalam penanggulangan COVID-19, puncak penyebaran virus Korona diperkirakan terjadi pada bulan Ramadhan, yang berarti dimulai medio April hingga Mei 2020.

Secara nasional, pemerintah pusat telah menetapkan masa tanggap darurat bencana COVID-19 hingga Mei 2020. Alhasil,  perjuangan kita masih panjang, masih akan berlangsung hingga minimal dua bulan ke depan. Itu pun jika upaya pemerintah baik daerah maupun pusat cukup optimal dengan didukung kesediaan dan pengorbanan masyarakat Indonesia. Masalahnya, sudah siapkah kita semua untuk berkorban?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun