Mohon tunggu...
nur said
nur said Mohon Tunggu... -

Nur Said adalah pribadi yang selalu ingin tahu akan rahasia semesta alam. terlahir di kota Kudus, Jawa Tengah. Pernah belajar di madrasah, sekolah umum, iain yogya, ugm, dan sekarang sedang di upi bandung. Pernah juga singgah belajar beberapa bulan di University of Sydney, Australia. Akhir-akhir ini concern atas paradoks kurikulum pendidikan di Indonesia. menjadikan sekolah yang lebih manusiawi shg melahirkan para juara adalah impiannya. karena setiap anak hakekatnya adalah cerdas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Megengan Megang Ramadhan

20 Mei 2018   09:30 Diperbarui: 20 Mei 2018   09:57 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah akhirnya kita masih berkesempatan memasuki bulan Suci Ramadhan 1439 H.  Sejak bulan Rajab doa yang sangat popuer adalah permohonan: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan".

Doa ini memberikan isyarat betapa bermaknanya kita menangi Ramadhan, bulan seribu bulan itu. Maka dalam tradiri Islam pesisir terutama di kampung-kampung orang-orang dulu mempersiapkan diri dengan tradisi Megengan di bulan Sya'ban sebagai wujud rasa senang menyongsong bulan suci Ramadhan.  

Tradisi Megengan sebagai modal sosial yang mampu merekatkan masyarakat dalam bingkai menyamput bulan suci agar manusia bisa megang (mengisinya) dengan berbagai amalan kebajikan, maka perlu dipahami, dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi berikutnya.

Megengan dalam bahasa Jawa dari kata "megeng" (Jawa: mbatek atau menahan/mengendalikan). Pada bulan Sya'ban, adalah detik-detik akan hadirnya bulan yang sangat mulia, suci dan penuh berkah yaitu Ramadhan. Maka sejak pertengahan kedua bulan Sya'ban, umat Islam harus menyiapkan diri untuk kembali sadar bahwa manusia adalah makhluk spiritual. Maka semua urusan yang bersifat materi secara bertahap dikurangi untuk kemudian bertransformasi diri memasuki dimensi spiritualtas dalam arti luas.  

Orang Jawa menyebut bulan Sya'ban adalah Ruwah (arwah) sedangkan bulan Ramadhan disebut poso. Hal ini memberikan penyadaran kepada kita bahwa poso itu perupakan bagian dari jalan penegasan pentingnya menemukenali dimensi arwah (spiritual) dalam kedirian manusia, Maka dalam tradisi Megengan yang diselenggarakan pada bulan Sya'ban, sejumlah keluarga secara bergantian, setiap hari mulai 15 Ruwah  mempersembahkan sedekah semampunya dengan membawa makanan ke langgar atau masjid selepas magrib untuk dimakan bersama jamaah.

Sebelumnya diawali dengan hadrah kirim fatihah, tahlil dan doa bersama yang ditujukan kepada ahli kubur shahibul hajah yang mempersembahkan sedekah tadi bersama jamaah langgar atau masjid setempat. Sabgain umat Islam menyelenggarakan sendiri di rumahnya masing-masing dengan mengundang tetangga sebelah. Hal ini adalah sebagai modal kultural dan sekaligus modal spiritual dalam membangun kerukunan dalam masyarakat sebagai aktualisasi dari Islam yang ramah anti teror.

Tradisi Megengan tampaknya sederhana dan biasa, tapi pesan penting yang perlu diketengahkan di sini adalah bahwa orang-orang kampung begitu antusias menyambut kehadiran Ramadhan, dan mereka siap-siap menyambut bulan spiritual tersebut dengan selalu mengingat jasa-jasa para leluhur dengan mengirimkan doa dan sedekah semampunya. Mengorbankan materi berupa sedekah makanan demi meraih derajat spiritual dengan harapan bulan berikutnya bisa megang (ngumani) kesempatan mengisi berbagai kegiatan kebajikan di bulan Ramadhan.

Kearifan nilai-nilai kampung begitu tinggi bahkan masih dibawa meskipun sebagian mereka ada yang kerja di luar kota atau bahkan luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Seperti terlihat dalam suatu kesempatan penulis di suatu bandara sempat bertemu puluhan TKI dari Malaysia berbondong-bondong pulang kampung menjelang Ramadhan. Ketika penulis tanya mengapa pulang mas-mas dan mbak-mbak?  Mereka menjawab dengan penuh kerinduan, tak lain demi silaturrahim keluarga dan untuk ziarah kepada orang tua/leluhur, dan sekaligus demi kemuliaan Ramadhan. Sungguh terharu mendengarnya.

Maka ketika sudah memasuki bulan Ramadhan, saatnya ON-kan  kesadaran batin kita untuk melejitkan energi positif dalam memasuki ruang-ruang kehidupan di manapun kita berada. Sungguh terlalu sayang, kalau Ramadhan hanya terlena dan terjebak urusan mengejar materi dan meninggalkan ranah spiritual sebagai esensi kemanusiaan, sehingga bulan suci ini berlalu begitu saja. Dahulukan spiritual di atas material. Semoga Ramadhan ini menjadi tangga spiritual kita, sehingga Ramdhan penuh makna dalam meningkatkan kesalehan diri baik kesalehan individual maupun sosial.  Semoga mendapat ridla dariNya. Aamiin. Wallahu a'lam. ***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun