Mohon tunggu...
Nurrahman Fadholi
Nurrahman Fadholi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa, pengajar, penulis

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Terbuka Yogyakarta dan pengajar Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ditegur Guru? Aku Harus Membuktikan Bahwa Aku Bisa Menjadi Lebih Baik

8 Agustus 2023   15:28 Diperbarui: 8 Agustus 2023   15:32 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fotoku saat aku mengajar di SDN Babarsari, Sleman, Yogyakarta. (foto: dokumentasi pribadi)

Baru-baru ini, publik sedang dihebohkan oleh seorang guru olahraga di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu diketapel oleh seorang wali murid. Pasalnya, guru tersebut tengah memergoki salah satu siswanya yang kedapatan sedang merokok. Namun bukannya merasa bersalah, siswa tersebut malah melaporkan hal tersebut ke orangtuanya. Bahkan orangtuanya pun tega menghajar guru tersebut dan menyerangnya menggunakan ketapel. Sungguh sangat miris sekali dunia pendidikan akhir-akhir ini.

Berita tersebut lalu membawa kenangan saat saya masih sekolah dulu. Sangatlah jauh berbeda dengan waktu saya sekolah dulu. Sekali siswa ditegur atau bahkan dihukum, siswa tak berani untuk mengulanginya lagi. Sama halnya dengan yang saya alami waktu kelas 1 SMA dulu. 

Saat itu, saya memotong rambut saya secara tidak wajar, yaitu dengan memberikan tatto pada bagian pelipis kiri dan kanan. Meskipun tatto tersebut hanya berupa garis dan bukan gambar, namun tetap saja menimbulkan masalah sehingga saya harus merelakan dipangkas habis pada bagian pelipis kiri dan kanan. Namun hal itu membuat saya kapok dan tidak akan mengulanginya lagi. Apalagi saat ini, saya berprofesi sebagai pengajar les privat Bahasa Inggris yang kemungkinan suatu saat akan mendapati kasus serupa. Namun, saya jarang sekali menemukan kasus tersebut saat mengajar. Hanya saja kemungkinan mendapati siswanya kurang fokus dalam belajar dan kadang kala asyik bermain sendiri dan tidak memperhatikan gurunya.

Saat sekolah, saya juga sering ditegur sama guru. Namun apa yang saya lakukan? Saya pun mengakuinya bahwa saya yang bersalah dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Akhirnya, saya bisa berinstrospeksi diri dan berusaha menjadi yang lebih baik. Tidak naik kelas cukup sekali saja. Setelah itu, saya belajar dan terus belajar hingga akhirnya saya bisa lulus dari kelas 6 SD. 

Jadi kesimpulannya, jangan anggap teguran guru itu untuk menjatuhkan kamu, tetapi anggaplah teguran guru itu menjadi cambukan buat kamu agar kamu bisa berusaha lebih baik. Buktikanlah kepada orangtuamu atau gurumu bahwa kamu bisa menjadi orang yang lebih baik. Itu artinya guru masih peduli sama kamu. Saya sangat berterima kasih kepada guru-guru yang telah menegur saya waktu sekolah dulu baik dari saat SD maupun hingga SMA. Tanpa teguranmu, mungkin saya tidak akan sebaik ini. Nilai-nilai yang tertera di raportku sudah bisa menjadi bukti yang bisa aku lihat sampai kapanpun. Itulah bukti kepedulianmu terhadapku saat aku sekolah dulu. Suatu saat, aku ingin bertemu denganmu lagi dan berbincang tentang masa-masa aku menjadi siswamu dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun