Soe Hok Gie dikenal sebagai mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang sangat vokal terhadap pemerintahan yang pada saat itu masih dipimpin oleh Presiden Soekarno. Ia telah menulis artikel-artikel yang sangat mengkritik kebijakan pemerintahan Orde Lama kala itu. Sebagai seorang mahasiswa, lelaki berketurunan Tionghoa ini sangat aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, salah satunya mendaki gunung yang telah disukainya sejak ia masih remaja.
Selama menjadi mahasiswa, pria kelahiran 17 Desember 1942 ini tergabung menjadi anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI. Namun, berdasarkan artikel yang ditulis oleh Rahayu Sutiarti (Ketua Mapala UI tahun 1969), pada saat Soe Hok Gie menjadi anggota Mapala UI yang sekaligus sebagai pendirinya, nama organisasi tersebut bukanlah Mapala UI seperti yang dikenal saat ini, melainkan Mapala Prajnaparamita karena Mapala UI sendiri baru dibentuk pada tahun 1971, dua tahun pasca wafatnya Soe Hok Gie.
Pada tahun 1965, Soe Hok Gie dan kawan-kawannya termasuk Herman Lantang melakukan pendakian ke Gunung Merapi lewat Boyolali, Jawa Tengah. Pendakian tersebut terlaksana pada 29 September 1965, sehari sebelum meletusnya peristiwa Gerakan 30 September atau G-30-S/PKI. Tepat pada 30 September 1965, Soe Hok Gie dan rombongan dari Mapala Parjnaparamita yang lainnya pulang dari pendakiannya. Pada hari yang sama, terjadi perencanaan pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira menengah Angkatan Darat yang kemudian terlaksana pada 1 Oktober 1965 pada pagi harinya di Jakarta. Namun pada saat itu, Soe Hok Gie dan kawan-kawannya belum sampai di Jakarta. Mereka masih menginap di rumah salah satu temannya di Solo, yang juga merupakan anggota Mapala. Mereka dilarang keluar oleh pemilik rumahnya karena pada saat itu diberlakukan jam malam.
Beberapa bulan setelah peristiwa berdarah itu, jiwa aktivis Soe Hok Gie kembali menggelora. Soe Hok Gie bergabung dengan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Soe Hok Gie kembali menulis artikel-artikel yang mengkritisi pemerintahan Orde Lama. Walaupun era pemerintahan Orde Lama telah berganti menjadi Orde Baru, Soe Hok Gie tetap vokal dalam mengkritisi pemerintahan. Mendaki gunung juga suatu hal yang tidak akan ditinggalkannya sampai akhirnya ia wafat di Gunung Semeru pada 16 Desember 1969, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI