Ciputat, Tangerang Selatan --- Setiap hari, ribuan pejalan kaki di kota-kota besar menghadapi realita pahit: trotoar yang seharusnya menjadi hak mereka sering kali menyempit dan juga terhalang. Kondisi ini bukan hanya menciptakan ketidaknyamanan, melainkan juga mengancam keselamatan pengguna trotoar. Trotoar yang sempit dan dipenuhi hambatan masih menjadi pemandangan sehari-hari di berbagai titik Ibu Kota, khususnya di kawasan sekitar Kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) pun juga memiliki beberapa titik lokasi trotoar yang sempit. Pejalan kaki (khususnya Mahasiswa) di sekitar Kampus Universitas Islam Negeri Jakarta terpaksa turun ke jalan akibat trotoar yang sempit. Trotoar ini dipadati dengan pot tanaman hingga tempat sampah, memaksa pejalan kaki untuk saling bersenggolan.Â
Di banyak titik, trotoar yang ada sering kali tidak memenuhi standar lebar minimum, memaksa pejalan kaki untuk berjajar, bahkan turun ke badan jalan yang terkadang padat kendaraan. Tidak jarang pula, tiang, tempat sampah dan pot tanaman besar justru diletakkan di tengah jalur pejalan kaki, hal inilah yang membuat kondisi semakin parah.Â
Seorang satpam yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Arif (24). Ia menyaksikan sendiri bagaimana pengguna trotoar seperti mahasiswa yang kesusahan dalam berjalan di atas trotoar. "Trotoar di Kampus UIN ini ada beberapa titik yang sempit, karena ada tempat sampah dan pot tanaman yang letaknya di tengah-tengah trotoar sehingga menghalangi pengguna trotoar untuk berjalan dengan nyaman," ujarnya saat ditemui, Kamis (17/07/25)
Tidak hanya banyak hambatan seperti pot tanaman besar dan juga tempat sampah, Arif juga mengeluhkan beberapa kendaraan roda empat yang terparkir tepat di sebelah trotoar. "Saya sebagai pengguna trotoar di kampus UIN terkadang merasa tidak nyaman, karena setiap jam sibuk khususnya pada saat jam mahasiswa untuk beraktivitas ke kampus itu selalu ramai. Bahkan banyak mahasiswa yang kesusahan berjalan di trotoar, belum lagi pada bagian sebelah trotoar sudah terparkir kendaraan roda empat," jelasnya. Hal ini menyebabkan mahasiswa dan pengguna trotoar lainnya kesusahan karena sudah ada deretan kendaraan roda empat yang terparkir tepat di sebelah trotoar. Menurut Arif, dengan adanya segala jenis hambatan di trotoar tersebut sangat berdampak pada pengguna trotoar khususnya mahasiswa kampus UIN Jakarta.
Tidak hanya dari sisi satpam Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, ada suara lain yang datang dari mahasiswa yang sering menggunakan trotoar. Shofi Laila (19), ia mengaku sering menggunakan trotoar karena rasa cinta terhadap kesehatannya sehingga ia memilih untuk berjalan kaki. Ia memiliki alasan yang cukup menarik. "Buat saya, trotoar di UIN Jakarta ini masih cukup membantu dan juga ramah bagi pejalan kaki seperti saya. Namun, kondisi trotoar di sekitar halte UIN Jakarta masih kurang ramah bagi pejalan kaki. Setiap pagi saya harus berjalan kaki dari halte kampus UIN ke fakultas saya, jaraknya tidak terlalu jauh, tapi rasanya seperti bermain melewati rintangan. Kondisi trotoar di area sekitar halte UIN Jakarta cukup sempit, belum lagi adanya pedagang kaki lima (PKL) yang berada tepat di sebelah trotoar. Meskipun begitu, kondisi trotoar di area dalam kampus UIN Jakarta cukup banyak yang ramah bagi pejalan kaki," ujarnya, Kamis (17/07/25)
Shofi menambahkan bahwa kondisi trotoar yang sempit pada jam sibuk seperti saat ada bis listrik (bilis) tiba, membuat trotoar tidak ramah bagi pejalan kaki karena membuat antrean yang cukup panjang. "Pada saat banyak mahasiswa yang mulai beraktivitas di area kampus, saya melewati halte bis listrik (bilis) dan terjadilah antrean yang cukup panjang, trotoar yang sempit ikut jadi permasalahan. Saya merasa kurang nyaman melewatinya saat lalu-lalang mahasiswa sedang ramai. Dari arah berlawanan, sering terjadi tabrakan dengan pejalan kaki lainnya. Ini menjadi masalah yang dihadapi pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta untuk membuat trotoar di area kampus supaya bisa memenuhi standar lebar minimum dan juga agar tidak menghambat mobilitas pengguna trotoar (khususnya mahasiswa) yang memilih berjalan kaki," tambahnya.Â
Namun, meski demikian Shofi tetap akan menggunakan trotoar ini karena berjalan kaki termasuk kegiatan yang ramah lingkungan. Shofi juga berharap semoga kedepannya ada perbaikan trotoar di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini. "Saya berharap semoga kedepannya pihak kampus dapat memperbaiki masalah trotoar yang sempit, baik di area dalam kampus maupun di bagian luarnya. Misalnya dalam meletakkan tempat sampah dan pot tanaman tidak seharusnya berada di tengah-tengah trotoar," ujarnya.