Mohon tunggu...
Nur Rahma Rahman
Nur Rahma Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Sosial dan Kesehatan Remaja : Manfaat dan Ancaman

25 April 2025   23:23 Diperbarui: 25 April 2025   22:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era digital seperti sekarang ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, tak sedikit remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar ponsel mereka, menjelajahi Instagram, TikTok, Twitter, hingga YouTube. Namun di balik kemudahan berbagi dan tersambung dengan dunia luar, media sosial ternyata membawa dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental para penggunanya, khususnya remaja.

Remaja merupakan kelompok usia yang sedang mengalami masa transisi penting dalam kehidupan. Pada masa ini, pencarian jati diri, kebutuhan akan pengakuan, serta pembentukan kepercayaan diri menjadi isu utama yang mereka hadapi. Sayangnya, media sosial sering kali memperkuat tekanan tersebut melalui standar-standar yang tidak realistis, seperti tampilan fisik yang sempurna, gaya hidup mewah, dan pencapaian yang terkesan luar biasa.

Salah satu dampak psikologis yang paling umum akibat penggunaan media sosial secara berlebihan adalah perasaan tidak aman dan kecemasan sosial. Ketika remaja terus-menerus membandingkan diri mereka dengan kehidupan "sempurna" orang lain yang ditampilkan di media sosial, mereka bisa merasa kurang percaya diri, minder, dan bahkan tidak berharga. Perasaan ini bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan (anxiety), depresi ringan, gangguan tidur, hingga FOMO (fear of missing out), yaitu ketakutan akan tertinggal dari hal-hal yang sedang tren atau populer.

Namun, tidak adil jika kita hanya menyoroti sisi negatif dari media sosial. Jika digunakan secara bijak, media sosial juga bisa menjadi sarana yang bermanfaat bagi remaja. Misalnya, mereka dapat mengekspresikan kreativitas lewat konten-konten digital, menemukan komunitas yang mendukung minat mereka, serta memperkuat identitas diri melalui interaksi yang positif. Media sosial bahkan bisa menjadi alat belajar yang efektif dan wadah untuk menyuarakan aspirasi.

Oleh karena itu, yang paling penting bukanlah menjauhkan remaja dari media sosial, melainkan membimbing mereka agar dapat menggunakan media sosial secara sehat dan bertanggung jawab. Di sinilah peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan. Literasi digital perlu ditanamkan sejak dini, bukan hanya tentang cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana bersikap bijak, kritis, dan beretika dalam dunia maya.

Orang tua sebaiknya menciptakan ruang komunikasi yang terbuka dengan anak. Jangan langsung menghakimi ketika anak mengalami masalah akibat media sosial. Sebaliknya, cobalah untuk memahami apa yang mereka rasakan, dan bantu mereka mencari solusi bersama. Di sisi lain, sekolah juga bisa memasukkan pendidikan digital ke dalam kurikulum, mengajarkan keterampilan seperti mengelola waktu layar, menyaring informasi, serta membangun citra diri yang positif.

Selain itu, remaja juga perlu diberikan strategi konkret untuk mengurangi ketergantungan terhadap media sosial. Beberapa tips sederhana namun efektif antara lain: membuat jadwal tanpa gawai, mematikan notifikasi aplikasi media sosial, mengalihkan perhatian ke aktivitas offline seperti olahraga, membaca buku, atau berkegiatan seni, serta menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga dan teman di dunia nyata.

Pada akhirnya, media sosial hanyalah alat. Ia bisa menjadi jembatan menuju hal-hal yang positif, atau sebaliknya, menjadi pintu masuk ke dalam tekanan mental yang serius. Semua tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.

Sebagai masyarakat, kita tidak bisa menutup mata terhadap realita ini. Kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan mental remaja harus menjadi tanggung jawab bersama. Dengan membekali remaja dengan pengetahuan, keterampilan, dan dukungan emosional, kita bisa membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental dan tangguh menghadapi tantangan era digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun