Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan semakin menjadi perhatian global. Dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, konsep akuntansi hijau telah menjadi topik yang semakin populer. Akuntansi hijau merupakan pendekatan akuntansi yang berfokus pada pengukuran dan pelaporan dampak lingkungan serta upaya untuk mengurangi dampak tersebut. Namun, pertanyaannya adalah, apakah akuntansi hijau benar-benar mampu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan?Â
Akuntansi hijau melibatkan pengukuran dan pelaporan dampak lingkungan dari aktivitas bisnis. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengukur emisi gas rumah kaca, penggunaan sumber daya alam, limbah, dan polusi lainnya yang dihasilkan oleh suatu organisasi. Dengan melakukan pengukuran yang akurat, perusahaan dapat memahami dampak lingkungan dari kegiatan operasional mereka dan membuat keputusan yang lebih baik untuk mengurangi dampak tersebut.Â
Dengan menerapkan akuntansi hijau, perusahaan mampu meningkatkan kesadaran tentang dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh bisnis mereka. Dalam pelaporan keuangan mereka, mereka dapat menyoroti inisiatif hijau yang telah diambil, seperti penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efisien, atau penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan. Hal ini memberikan kejelasan kepada para pemangku kepentingan tentang komitmen perusahaan terhadap lingkungan.Â
Akuntansi hijau juga mendapatkan dukungan dari regulasi pemerintah yang semakin sadar akan perlunya menjaga lingkungan. Regulasi ini mendorong perusahaan untuk melaporkan dampak lingkungan dan menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan. Selain itu, konsumen yang semakin peduli dengan isu lingkungan juga cenderung memilih produk atau jasa dari perusahaan yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan dan menjaga lingkungan.