Salah satu aspek terpenting dalam menulis, baik bagi pembaca maupun akademisi, adalah sumber. Kutipan yang akurat menunjukkan bahwa analisis penulis terhadap karya orang lain selalu memberikan wawasan tentang argumen atau informasi yang disajikan. Namun, dalam praktiknya, terdapat banyak masalah dengan kutipan, baik yang serius maupun tidak, yang memengaruhi kredibilitas tulisan dan integritas penulis.
Di era digital saat ini, kemampuan berkomunikasi secara akurat dan ringkas menjadi lebih penting karena tersedianya informasi dan ide-ide yang berani. Artikel ini akan membahas berbagai masalah umum dalam menulis dan memberikan saran praktis dengan contoh-contoh untuk membantu penulis meningkatkan kualitas karya mereka.
Kesalahan Umum dalam Mengutip
 1. Tidak mencantumkan sumber sama sekali (Plagiarisme)
Ini merupakan masalah yang paling serius dan signifikan. Penggunaan informasi, data, atau ide tanpa mencantumkan sumbernya dikenal sebagai plagiarisme dan merupakan salah satu bentuk etika penulisan. Hal ini tidak hanya merugikan nama baik penulis dan lembaga, tetapi juga merusak nama baik karya asli.
Sebagai contoh: Pada tahun 2018, muncul kasus plagiarisme ketika seorang jurnalis dari salah satu media besar menulis ulang sebuah artikel dari sumber lain tanpa mencantumkan sumbernya. Akibatnya, dihentikan, dan media yang dimaksud menyajikan beberapa artikel yang cukup menarik.
2. Kutipan salah atau tidak lengkap
Masalah ini sering muncul karena sulitnya memahami atau mendeskripsikan sumber. Kesalahan penulisan nama penulisan, tahun terbit, judul buku, atau halaman kutipan, dapat menghalangi pembaca dan merusak kepercayaan mereka terhadap teks.
Misalnya, dalam skripsi atau artikel, penulis terkadang menyebutkan tahun yang sangat penting sehingga pembaca mungkin merasa sulit menemukan referensi aslinya. Referensi untuk "Menurut Smith (2020)" sebenarnya berasal dari tahun 2018.
3. Menjelaskan tanpa memahami konteks asli