Ketika saya launcing artikel tentang Pilkada DKI, ada  yang mengomentari tulisan saya sebagai berikut:
tiap hari menulis di Kompasiana koq tidak membuat bapak jadi arif, bijak serta cerdas ya?
betul ternyata….kuantitas yg utama..kualitas no sekian.
Kemudian saya jawab :
Trimakasih atas kritiknya mas v***s..masalah arif dan tidak itu bukan dari dari kuantitas menulis di kompasiana..
Saya ingin menjawab dengan parameter khusus yakni "arif",karnanya saya biarkan unfinished. Arif adalah kosakata Arab yang diindonesiakan dengan makna "bijaksana" yang sedikit berbeda dari makna aslinya yang berarti mengetahui, Namun ketika istilah ini dipakai oleh para sufi, kosakata ini menjadi bermakna Gnostik,Mistik yang memberitahu kita tentang makna pencari ma'rifat yang membedakan denga"Alim" atau orang yang berilmu. Setiap seorang yang "arif "itu berilmu namun tidak setiap orang yang berilmu itu "arif". Jadi  kosakata arif yang diindonesiakan , lebih condong kepada penafsiran sufistik.
Meminjam pengertian arif dengan "maqoomat arifin" atau "Derajat derajat orang bijak" ,  maka saya memang bukanlah orang yang telah mencapai derajat demikian. Pergulatan spiritual para sufi untuk mencapai derajat ini tidaklah mudah karna dia setidaknya bisa memaknai kepuasan hati, kesabaran hati dan kemurahan hati. Di zaman dulu saja tidak mudah apalagi zaman sekarang ,tentu  akan lebih sulit lagi.Ajaran tadi disampaikan oleh Al Hallaj kepada pencari makrifat atau Salik di penjara Baghdad. Al Hallaj sendiri meninggal dalam keadaan dipancung setelah pengadilan memvonisnya bersalah atas ajaran "Ana Al Haq", Namun Al Hallaj tidaklah menyimpan dendam kepada fihak yang mengadilinya karna dia  seorang yang "arif".
Kemudian mengutip penggalan komentar "betul ternyata….kuantitas yg utama..kualitas no sekian.". Judgemen atau penilaian apakah tulisan saya berkualitas atau tidak saya serahkan kepada seluruh kompasianers, jika mereka menilai tulisan saya sampah dan bukan wacana yang konstruktif maka dengan sendirinya artikel saya akan terpinggirkan. Sebaliknya, jikalaupun menjadi sampah,saya masih berharap positiv dengan jargon "Bahkan sampahpun masih berguna di tangan-tangan berhati arif". Mengenai kuantitas menulis saya yang setiap hari posting, saya hanya hobbi ..ya  hobbi. Dari pada saya menggunjing orang lain,dari pada saya menghabiskan waktu dengan menonton tv,  daripada seharian sms ..saya lebih baik posting di sela-sela kesibukan saya sebagai Wiraswastawan.
Take it easy man!!
Narasi oleh Nurkholis ghufron