Mohon tunggu...
Nurjaya
Nurjaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persatuan "Itu" Hadir di Bali

9 Desember 2017   13:09 Diperbarui: 19 April 2018   19:20 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
/daerah.sindonews.com

Baru saja kita disuguhkan aksi persatuan umat di Ibu Kota Indonesia, atau juga dapat disebut reuni aksi 212. Tak pelak aksi itu dihalang-halangi, bahkan banyak aparatur pemerintah daerah yang menghimbau agar masyarakatnya tidak hadir dalam agenda tersebut. Seruan untuk menyebut aksi intoleran, anti pancasila, anti NKRI, gerakan kaum radikal. lalu lalang di dunia maya. Saya bukan alumni aksi 212. 

Akan tetapi saya merasa takjub akan persatuan umat yang begitu luar biasa. Terlepas itu ada unsur politik praktis atau tidak. saya mencoba untuk ber-khusnudzon bahwa ini adalah aksi persatuan umat untuk membuktikan bahwa islam itu damai, isalam itu toleran, islam Indonesia itu pancasilais dan nasionalis karena dalam ajaran saya mencintai negeri sendiri adalah sebagian dari pada iman. Maka kemajemukan yang ada dinegeri ini bukanlah masalah bagi saya.

Read More : Sejarah kepemilikan Dan Penguasaan Tanah Di Bali

Selang satu minggu dari aksi reuni 212. Persatuan itu hadir di Bali. Dalam rangka memperingati maulid Nabi, jauh-jauh hari pamphlet agenda maulid Nabi  di Bali yang akan dihadiri ustadz Somad menghiasi media social atau pesan berantai di whatshap. Bahkan rencana kedatangan ustadz Somed ini ditentang oleh beberapa ormas di Bali. Karena ceramah ustad Somed dianggap provokatif, berbau sara, anti pancasila, mendukung khilafah, dan sering mengkafir-kafirkan orang. 

Saya tidak mengetahui kiprah ustad Somad dalam berdakwah seperti apa. Saya hanya tahu ketika video ustadz Somad viral dan diperdebatkan karena jawabannya terkait Rina Nose yang memilih melepas hijab kembali. Akhirnya saya mencari tau lebih dalam lagi tentang ustadz Somad melalui ceramah-ceramahnya di instagram dan youtube. Setelah saya amati ceramahnya saya anggap masih dalam batas wajar. Kalaupun sering mengatakan kafir, karena sebutan kafir dalam Al-Quran itu ada, dan untuk menyebut kaum selain Islam.

Read More : Sejarah Kerajaan Tarumanegara (Kerajaan Hindu Bercorak sunda)

Penolakan kedatangan ustadz Somad tidak hanya dilakukan di media social, beberapa pimpinan ormas mendatangi pihak panitia untuk mengganti ustadz lain. Dari hasil pertemuan itu disepakati bahwa ustadz Somed diperbolehkan datang dan ceramah di Bali, dengan catatan hanya boleh dua masjid saja, yang semula diagendakan empat masjid. 

Pada hari jumat tanggal 8 desember 2017, ustadz somed tiba di bandara Ngurah Rai, kedatangannya diwarnai dengan aksi penolakan ustadz Somed di Denpasar oleh beberapa ormas di Bali. Penolakan itu berlanjut ke tempat penginapan ustadz somad di hotel Aston Denpasar. Dan pada akhirnya kapolres Denpasar dan Dandim Badung mampu memediasi anatara para penolak ustadz Somad dengan panitia. Mediasi tersebut diakhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia raya.

Mulai pukul 18.00 wita, umat Islam di Bali tumpah ruah di Masjid Annur Jalan Diponegoro, saya pun hadir setelah maghrib sekitar pukul 19.00. sampai di sana terlihat lantai atas dan bawah masjid Annur sudah terisi penuh. Bahkan umat islam yang tidak mendapat tempat terpaksa tumpah ruah sepanjang jalan Diponegoro. 

Terpaksa jalan tersebut harus ditutup untuk menampung jamaah yang hadir. Sembari menunggu kedayangan ustadz Somad dari penginapan, gema takbir terus dipekikan oleh jamaah yang hadir baik didalam masjid atau di jalan Dipenogoro. Selain pekikan takbir, sembari memegang ponsel untuk mengabadikan moment tersebut para jamaah juga terus melantunkan sholawat.

Moment ini sangat berharga bagi saya. karena selama 5 tahun saya tinggal di Bali belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Hati terus bergetar dikala saya ikut melantunkan sholawat. Nampak saya amati jamaah terus berdatangan untuk memadati jalan Diponegoro. Saya merasakan semangat Diponegoro itu hadir disepanjang jalan Dipenogoro. Semagat pantang menyerah walaupun tidak kebagian tempat, semangat rela berkorban demi memuliakan ulama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun