Assalamualaikum! Wah, akhirnya mosting lagi. Artikel di bawah ini ditulis pada tanggal 2 Juni 2012. Hihi :D
Hari ini tanggal 2 Juni. Dan hari ini adalah hari yang sangat menegangkan dan paling menggalaukan untuk anak kelas 3 SMP—termasuk saya. Kenapa? Hari ini adalah hari pengumuman lulus atau tidaknya siswa yang telah menempuh Ujian Nasional tanggal 23-26 April kemarin.
Sebenarnya saya dan orangtua saya sangat terlambat untuk mengambil hasil UN. Maklum, rumah saya di pelosok sih hehe sementara sekolah saya berada di tengah kota. Jadi ketika saya datang, kelas saya sudah dalam keadaan sepi, hanya ada wali kelas saya yaitu bapak Kabir—yang juga guru fisika kesayanganku :p.
Selama perjalanan, saya deg-degan bukan main. Untungnya saya bukan personil girlband Blink, di mana setiap deg-degan pasti mereka joget sambil nyanyi “dag dig dug hatiku~”. Untungnya sih engga.
Saya mencoba menebak-nebak berapa nilai nem saya. Saya berpikir, ah mungkin 36. Tapi saya pesimis dengan nilai segitu karena soal UNnya aja susah -_-. Atau mungkin 35, tapi saya makin pesimis lagi. Takut kalau berharap terlalu tinggi itu jatuhnya akan sakit sekali.
Dan amplop kelulusan pun dibuka oleh ayah saya. JENG JENG. Alhamdulillah lebih dari cukup :p. Saya LULUS!! Yeeee! Akhirnya pake putih abu-abu juga :D. Pokoknya nilai saya lebih dari angka pertama yang saya sebutkan.
Pertanyaan seputar “berapa nem mu?”
Setelah mengambil hasil UN, ayah saya tidak langsung keluar kelas. Kalau saya sih, langsung keluar kelas. Soalnya mau ngobrol sama teman-teman soal hasil UN mereka.
Sahabat saya, Ully, langsung bertanya berapa nem saya.
U: “Nur, NEMnya berapa?”
N: “36,** mba, kamu berapa?”
U: “Ya sekitar segitu juga sih. Asik ya kita udah lulus sekarang!”
N: “Iya Ull hehe.”
Untungnya sih saya ngga minder, ga beda-beda amat hihi.
Alhamdulillah saya punya NEM yang nggak bikin minder kalo ditanya-tanyain hihi. Dan saya pun bertanya kepasa teman-teman saya tentang hal yang sama. Dan ada yang 38, 39, 36 sama seperti saya. Dan pada akhirnya saya bertanya kepada salah satu sahabat saya yang anehnya saya nggak ketemu di sekolah tadi. Pas saya tanya ke Ully, katanya dia sudah pulang dari jam 9.30. Akhirnya saya kirim SMS ke sahabat saya itu.
N: “Nem berapa?”
F: “33.45”
Saya langsung shocked. Saya jadi nyesel nanya berapa nem dia.... takut membuat dia tersinggung.
Saya jadi sadar sebenarnya pertanyaan “ini nemku, punyamu berapa?” adalah pertanyaan yang bisa membuat kita bangga sekaligus kadang membuat kita sendiri tersinggung. Entah dari sisi mana bisa membuat tersinggung, yang pasti memang pertanyaan seputar jumlah NEM kadang mengganggu dan malah membuat galau orang yang ditanya.
Kadang juga kita—sebagai orang yang ditanya—harus mengumpulkan nyali—yang mungkin lebih—untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
Saya juga sebagai anak sih sedikit menyesal atas nilai NEM yang didapat, tapi alhamdulillah orangtua saya nggak pernah menuntut hal-hal yang terlalu muluk pada saya. Memang sih, i know that they have expected on me atas UJIAN NASIONAL kemarin, tapi mereka juga pasrah atas hasil yang akan didapat. Kata orangtua sih “yang penting LULUS” saja bisa membuat hati saya sedikit lega, walaupun ga lega 100%.
Kenapa NEM dia lebih besari dari punyaku?
Nah, pertanyaan ini pasti menggelayut di benak saudara-saudara :D. Pertanyaan “kenapa NEMnya dia besar, kok punyaku ngga?” memang menjadi hal yang muncul setelah mengetahui bahwa teman yang lain NEMnya lebih besar.
Sebenarnya sih, SEMUA itu—baik hidup maupun akademik—tidak berpengaruh. Memang sih, pola pikir orangtua dan masyarakat sudah ‘saklek’ dengan pola pikir “NEM besar berarti orangnya pinter”. Nggak juga. Ada yang sehari-harinya biasa aja—atau malah selalu nggak ngerjain tugas—bisa mendapat NEM yang tinggi dan menghebohkan.
Saya sih berpikir sendiri aja, alhamdulillah saya udah dapet hasil sendiri. Murni sendiri. Nggak bergantung ke orang lain. Jadinya gak menimbulkan prasangka yang berlebihan, kan.
Udah dulu ah. Cape.
Selamat membaca! Wassalamualaikum!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI