Mohon tunggu...
Nur Indah Sari
Nur Indah Sari Mohon Tunggu... -

fakultas farmasi universitas hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perbaikan Wajah Apoteker di Masyarakat Indonesia

29 November 2014   10:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:32 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perbaikan Wajah Apoteker di Masyarakat Indonesia

Apa yang Anda ketahui tentang profesi Apoteker? Apoteker..hmm, setiap kali mendengar kata itu..banyak di antara kita yang akan langsung membayangkan sebuah apotek. Tidak salah memang, karena sejak dulu apoteker dikenal sebagai pembuat obat atau penjual obat di apotek.

(1)

Akan tetapi, citra profesi Apoteker di mata masyarakat Indonesia kurang dipercaya. Padahal seorang apoteker mempunyai ilmu farmasi yang dia pelajari secara susah payah dan penuh perjuangan diperkuliahan, tetapi ketika mereka membaginya kepada masyarakat, terkadang masyarakat tidak mempercayai kredibilitas seorang apoteker. Bahkan masyarakat lebih percaya pada dokter. Dimasyarakat, dokterlah yang lebih sering menerangkan mengenai obat dibandingkan apoteker. Karena saya pernah mengalami suatu pengalaman ketika ada penyuluhan tentang obat-obatan itu yang menjadi pemateri adalah seorang dokter bukan seorang apoteker. Contoh lainnya, menteri badan pengawasan obat dan makanan lagi-lagi adalah seorang dokter bukan seorang apoteker. Padahal seorang apoteker lebih mengetahui tentang itu karena merupakan salah satu bidang ilmunya. Bahkan, terkadang ketika seorang apoteker sedang melakukan konseling kepada pasien, pasien akan memanggilnya dengan sebutan “dok” karena anggapan orang awam yang mengetahui tentang obat-obatan itu adalah seorang dokter dan apoteker adalah orang yang menjual obat di apotek. Sungguh hal ini sangat miris.

Yah, miris memang, jika dikaitkan dengan profesi apoteker yang seolah berada dibawah dokter. Padahal, dokter dan apoteker mempunyai fungsi masing-masing profesi yang saling terkait dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

(3) (5)

Di banyak bagian dunia, apoteker telah memainkan peran penting dalam penyediaan layanan keperawatan kefarmasian.Di Singapura, seorang apoteker sangat dekat dengan masyarakat, tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli pembuat obat  saja akan tetapi juga dihargai sebagai profesi yang ikut perduli secara langsung terhadap kesehatan masyarakat, bukan hanya berada di belakang layar namun juga ikut tampil sebagai seseorang yang mengerti seluk beluk farmakoklinik. Apoteker dan dokter bekerja sama dalam menangani masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan, di Negara-negara eropa dan amerika, profesi apoteker merupakan profesi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi dari masyarakat, bahkan profesi apoteker dapat dijadikan jaminan jika meminjam uang di bank atau lembagai peminjaman.Bahkan di Negara-negara maju seorang dokter hanya menuliskan diagnose dari penyakit pasien, kemudian ia menyerahkan kepada apoteker untuk pemilihan obat yang tepat.

(2)

Pasti muncul pertanyaan dari benak kita “terus mengapa apoteker di Indonesia tidak seperti itu”?

Hal ini disebabkan karena peran apoteker yang tidak berjalan sesuai dengan yang semestinya dan tidak tegasnya hukum yang berlaku di Indonesia.

Terkadang, selama apotek buka atau beroperasi apotekernya tidak ada ditempat, sehingga apotek kerap beroperasi tanpa diawasi apoteker. Padahal menurut PP No 51: “Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”, selain itu pada pasal 21 ayat 2 yang berbunyi: “Penyerahan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh apoteker”. Jadi, “terlarang” bagi apotek yang apotekernya tidak ada di tempat untuk melayani resep dokter.

Selain itu, Kurangnya pengawasan terhadap jalannya regulasi kefarmasian, membuat pelayanan apotek komunitas di tanah air berjalan seperti hal biasa. Masyarakat mengenal apotek sebagai tempat membeli obat, bukan tempat yang  memberi manfaat lebih bagi percepatan perbaikan kesehatannya.

(6)

Yah, itulah kenyataan yang tejadi yang harus kita terima tetapi tidak kemudian menjadi alasan untuk tidak melakukan langkah apa-apa, karena seharusnya apoteker sadar akan tanggung jawabnya yaitu:

1. Memberikan Pelayanan Resep

Resep yang dibawa oleh pasien ataupun keluarga pasien untuk ditukarkan dengan obat akan diperiksa (screening) oleh apoteker meliputi nama pasien, umur pasien, obat apa yang dibutuhkan pasien, dan bagaimana cara meminumnya.

2. Promosi dan Edukasi

Apoteker seharusnya melakukan promosi dan edukasi kesehatan kepada masyarakat, dapat berupa pembagian pamflet atau brosur dan juga pemberian penyuluhan mengenai penyakit maupun informasi obat-obatan dan.

3. Pelayanan Residensial (Homecare)

Apoteker seharusnya selalu melakukan kunjungan ke rumah pasien untuk memantau perkembangan kesehatan pasien berkaitan dengan pengkonsumsian obat.

Untuk menjalankan tanggung jawab tersebut Apoteker harus bergerak maju, tidak lagi cukup hanya bekerja di belakang meja atau hanya sekedar menyiapkan pil atau tablet saja, namun harus mulai melayani pasien secara langsung. Tidak ada masa depan dari hanya sebatas dispensing. Kegiatan dispensing dapat dan akan diambil alih oleh internet, mesin, atau teknisi terlatih. Fakta bahwa apoteker mendapat pendidikan akademik dan sebagai sebuah profesi dalam pelayanan kesehatan mengharuskan apoteker untuk memegang tanggung jawab yang lebih dari yang sekedar yang mereka lakukan sekarang ini.

karenaapoteker lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membantu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.

Apoteker lah yang sangat handal dan terlatih serta pakar dalam hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.

Apoteker lah yang merupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.

Jadi, untuk memperbaiki citra apoteker dikalangan masyarakat harus dari kesadaran diri sendiri seorang apoteker.

(4)

Daftar Pustaka

1.http://www.majalahmedisina.com/iai/?p=308

2.https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/apoteker/

3.http://pharmjournalismblog.wordpress.com/2013/06/05/kegagalan-farmasis-dalam-mencitrakan-dirinya-sendiri/

4.https://asyharstf08.wordpress.com/2013/07/30/pkpa-apotek-apa-yang-bisa-dilakukan-seorang-apoteker-untuk-masyarakat/

5.http://farmasisindonesia.blogspot.com/2011/08/citra-profesi-apoteker-indonesia-di.html

6.surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun