Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru (dulu)

Di rumah saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakit Hati Membuatnya Nekat Ke Luar Negeri

10 September 2025   21:16 Diperbarui: 10 September 2025   21:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi single parents. Sumber merahputih.com

Saya mengenalnya sebagai perempuan yang paling beruntung.  Wajahnya  biasa saja bila ukurannya artis blasteran seperti Luna Maya. Kulitnya  eksotis khas perempuan Jawa sehingga orang-orang menyebutnya manis. Suaminya adalah pengusaha jual beli barang bekas. Keahliannya adalah menyulap barang-barang bekas menjadi barang mahal layaknya emas permata. Mereka mempunyai tiga anak, dua perempuan dan satu lelaki. Sungguh keluarga yang sempurna dan paling diinginkan semesta.

Sebut saja namnya Menik. Tentu saja ini nama samaran. Menik dalam bahasa Jawa adalah bunga cabe. Saya sebut begitu karena dia sangat suka makan yang pedas-pedas. Di halaman rumahnya tak ada tanaman lain selain pohon cabe. 'Ini satu-satunya pohon yang bisa bikin orang tobat. Sudah tobat, kumat lagi." selorohnya.

Di usia pernikahanya yang keduabelas tahun, datanglah badai dalam kehidupan rumah tangga mereka . Angin perselingkuhan  melibas seluruh kebahagiaan menjadi kisah yang penuh air mata dan rencana Tuhan yang  sungguh tak bisa ditebak.  Anak bungsunya, anak lelaki yang diidamkannya masih berumur lima hari ketika suaminya mulai jarang pulang. Kalau pun pulang tidak ada yang tersisa dari lelaki itu. Jangankan uang, barang-barang berharga raib  satu demi satu. Sementara tumpukan barang bekas yang siap menjadi uang berubah menjadi gunungan hutang.

Hutang  itulah yang menjadi alasan suaminya untuk pergi keluar pulau. Katanya demi masa depan, demi mengentaskan keluarga dari kubangan hutang. Menik percaya. Ia mencarikan uang dengan berhutang kepada Bu Haji untuk  membeli tiket pesawat. Tidak hanya satu tetapi dua tiket kelas ekonomi . Suaminya berangkat bersama seorang rekan yang menjadi mitra bisnisnya. Ternyata yang disebut  mitra  itu adalah selingkuhan suaminya.

Menik merasa dibohong i mentah-mentah. Ini adalah perselingkuhan suaminya yang kesekian kalinya. Ia sudah  tak tahan lagi sehingga diajukannya  gugatan cerai di Pengadilan Agama.  Ibu mertuanya meradang, menyebutnya perempuan durhaka yang tidak akan bisa mencium surga. Ipar-iparnya menyumpahinya tidak akan bisa menghidupi anak-anaknya.

Menik bergeming. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun yang tak mungkin lagi ditarik mundur. Dijualnya rumah yang dibangunnya dari nol. Sebagian uang hasil penjualannya dibelikan rumah yang ukurannya lebih kecil dan letaknya lebih masuk ke dalam gang. Satu-satunya mobil yang tersisa pun dijualnya untuk membayar hutang.

Menik yang dulu tidak pernah bergelut dengan kerasnya dunia, sekarang bertarung sendiri demi ketiga anaknya. Tak ada yang diharapkan membantu menopang kehidupan ketiga anaknya. Ia sanggup melakukan apa saja asal asap dapur mengebul dan kebutuhan sekolah anak-anak  terpenuhi.

Menik  senang memasak. Jika dulu ia memasak untuk makan keluarga sekarang ia masak untuk mencari uang. Maka ia membuat aneka masakan yang kemudian ditipkannya ke warung-warung dan abang sayur. Dari sekian banyak masakannya yang paling best seller adalah sate ayam. Sehari ia bisa menghabiskan dua puluh kilogram ayam. Namun usaha ini hanya bertahan enam bulan saja.

Kemudian ia menyewa ruko untuk berjualan sayur segar. Laris. Tetapi ia tak bisa meneruskan kontrak setahun ke depan karena pemiliknya meminta kenaikan yang dirasa memberatkannya.

Bersama seorang teman ia  melayani catering bagi calon-calon TKI dan TKW di penampungan. Disinilah ia bertemu dengan Pak Boss yang menawarinya menjadi TKW. Semula ia ragu karena pasti akan mendendam rindu kepada anak-anak. Tetapi dengan dukungan orang tua yang bersedia mengasuh anak-anaknya akhirnya ia bersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun