Berjarak 1,5 kilometer dari Candi Singosari  tepatnya di Dusun Biru, Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, terdapat sebuah mata air yang mengeluarkan gumpalan-gumpalan air berwarna biru seperti tinta.  Air biru ini hanya muncul  di hari tertentu dan hanya orang-orang terpilih yang dapat menyaksikannya. Konon disinilah Empu Gandring mensucikan keris hasil tempaannya.
Sumber air ini oleh masyarakat sekitar disebut Sumber Boto Rubuh (bata jatuh) karena terdapat batu bata kuno berukuran 30 x 40 cm yang teronggok seperti dinding roboh. Batu bata merah kini mengindikasikan bahwa situs ini merupakan situs patirtan. Di papan keterangan tentang situs ini tidak banyak informasi yang dapat dihubungkan dengan jaman Singhasari atau Majapahit. Hanya disebutkan bahwa "Boto Rubuh" adalah apa yang dahulu disebut sebagai "Kedung Biru" di dalam naskan Nagarakrtagama.
Lokasi sumber air ini tidak jauh dari jalan raya tetapi untuk menuju sumber, kita harus menuruni jalan yang terrjal dan curam bahkan seringkali becek karena pipa air yang bocor. Mobil atau sepeda motor bisa diparkir di tepi jalan raya atau dititipkan di warung kopi lalu berjalan kaki menuju sumber. Jangan pakai highells atau sandal karet karena licin.
Kitab Nagarakrtagama menyebutkan  nama taman tamasya yang dikunjungi oleh Raja Hayam Wururk  yaitu Kedung Biru,  Kasurangganan dan Bureng. Disebutkan bahwa di dekat Kedung Biru terdapat sungai yang memiliki lubuk atau kedung yang bisa menjadi pusaran air. Di dekat sumber ini memang ada sungai tetapi tidak berkedung atau dangkal bahkan banyak batu besar bertebaran di sekitarnya.
Sumber Boto Rubuh lebih sesuai disamakan dengan Kasurangganan. Kasurangganan berasal dari kata "suranggana" yang artinya perempuan dari sorga, sama artinya dnegan "warapsari" atau "widyadari" yang artinya bidadari sorga.
Dari lokasi simber ini, sekitar 500m arah barat, terdapat kampung "Kranggan", Bisa jadi nama "kranggan" dulunya adalah "kasurangganan" . Dalam keterangan Kidung Panji Margasmara diceritakan bahwa Panji Margasmara yang tinggal  di Taman Warapsari diajak oleh Sodama menyusuri sungai berbatu untuk mencari tempat tinggal Ken Candrasari.
Dipercaya Taman Warapsari adalah sumber "Boto Rubuh" karena dalam salah satu pupuh Kidung Panji Margasmara disebutkan bahwa Panji Margasmara suatu ketika di Taman Warapsari duduk di aras baru di dekat kolam. Hal ini sesuai dengan kondisi di sumber Boto Rubuh yaitu ada sebongkah batu besar di sisi utara kolam utama. Batu ini masih bisa dijumpai saat ini.
Kurang lebih 150 meter dari  Sumber Boto Rubuh terdapat Sumber Nagan. Untuk kesana kita bisa naik dulu ke jalan aspal atau jalan kaki menyusuri tepi sungai dangkal berbatu ke arah utara. Sumber air ini dikeramatkan dan disakralkan oleh penduduk setempat. Banyak orang dari luar kecamatan bahkan dari luar kota yang datang ke mata iar ini untuk melakukan ritual mandi berkenaan dengan niat dan keyakinan mereka.