Pantai Parangtritis adalah kesempurnaan Jogja. Kota penuh rindu ini diapit oleh dua keindahan yang bertolak belakang. Gunung Merapi yang perkasa di utara dan Pantai Parangtritis di selatan. Sebuah kesempurnaan yang romantis yang menggambarkan cinta yang ideal, sempurna dan luar biasa.
Pantai ini  erat kaitannya dengan perkara mistis juga filosofis. Legenda Kerajaan Laut Selatan yang dipimpin oleh Nyi Roro Kidul menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung kesini.
Rabu, 21 Mei 2025 pukul 03.10 WIB, Arek Imaga sampai di Pantai Parangtritis sebagai salah satu destinasi study tour di Yogyakarta. Setelah sholat Subuh, mereka berganti outfit untuk ke pantai.
Pantai ini pernah berjaya dulu, terlihat dari banyaknya deretan losmen dan penginapan di sekitarnya. Jalur menuju pantai pun mudah dan nyaman. Namun seiring berjalannya waktu, ada pantai-pantai lain yang tumbuh menjadi tempat wisata. Parangtritis yang polos, hanya menyajikan bentangan pasir hitam vulkanik yang bertemu dengan ombak laut, tentu kalah dengan pantai yang bertabur batu karang dan berpasir putih. Tampak membosankan secara visual. Daya tariknya hanya pada kesan mistis dan nilai filosofisnya, salah satunya adalah larangan memakai baju warna hijau.
Meskipun demikian Arek Imaga bisa menikmati keindahannya. Banyak aktivitas yang bisa mereka lakukan disini seperti naik jeep, ngetril dengan ATV, Â bermain pasir atau basah-basahan di tepian.
Ada larangan berenang di pantai ini. Mengapa? Â Pantai ini mempunyai rip current yang sangat berbahaya bagi orang yang mebcoba berenang.
Rip current adalah arus balik air laut yang terkonsentrasi pada jalur sempit karena keberadaan palung di bawahnya. Ombak di daerah ini terlihat tenang namun arusnya memiliki daya dorong yang sangat kuat.
Tanda keberadaan rip current yang pertama ditandai dengan ombak yang relatif lebih tenang daripada sekitarnya. Â Kelihatannya aman tetapi menyimpan bahaya. Ombak yang tenang ini karena tidak menabrak karang.