Menjadi lulusan SMK Akuntansi seringkali di anggap lebih bisa dan siap di perkuliahan dengan jurusan yang sama. Di anggap lebih bisa karena sudah terbiasa menjurnal, menyusun laporan keuangan, dan menggunakan software akuntansi. Apakah dengan bekal itu sudah cukup untuk membuat lebih unggul di perkuliahan?
Tidak sedikit juga, mahasiswa lulusan SMK akuntansi saat pertama kali duduk di bangku perkuliahan, seringkali berpikir akan terasa mudah. Karena mereka sudah merasa lebih paham akan materi akuntansi saat SMK. Tapi kenyataannya sangat jauh berbeda.
Bahkan masih banyak sekali lulusan SMK akuntansi yang mengalami kesulitan pada semester awal. Bukan dikarenakan mereka tidak bisa, tetapi karena di perkuliahan cara berpikir dan belajar yang sangat berbeda saat di SMK. Meskipun sudah pernah mempelajari di SMK, tidak sedikit juga yang merasa kesulitan untuk mengingat materi dasar.
Tak jarang juga ditemui bahwa, mahasiswa lulusan SMK akuntansi yang sudah memiliki keunggulan di awal. Karena sudah lebih mengenal debit-kredit, neraca, dan siklus akuntansi, dibandingkan dengan teman-teman yang dari SMA ataupun SMK selain jurusan akuntansi yang belum paham istilah jurnal atau akuntansi dasar.
Pada mata kuliah dasar seperti Pengantar Akuntansi seringkali lebih mudah memahami materi karena sudah pernah mempraktikan ataupun mempelajarinya di SMK. Pemahaman ini lah yang menjadi bekal awal untuk menyesuaikan diri di dunia perkuliahan.
Namun, dengan memiliki keunggulan tersebut tidak langsung menjamin mahasiswa menjalani perkuliahan dengan mudah. Masih banyak juga mahasiswa lulusan SMK mengalami kesulitan ataupun tekanan karena mereka merasa harus belajar dari awal lagi yang lebih teoris. Pada saat SMK mereka diajarkan cara "mengerjakan" contohnya, "kalau ada pembelian barang secara kredit, jurnalnya seperti apa". Tetapi di perkuliahan mereka, diharuskan bisa untuk memahami "mengapa" sesuatu dicatat seperti itu.
Perbedaan gaya belajar juga menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Di SMK mereka dibimbing oleh guru secara bertahap, sedangkan di perkuliahan dosen tidak membimbing secara bertahap. Mahasiswa harus lebih bisa belajar mandiri, dan memahami materi yang dosen berikan ataupun materi dari berbagai sumber diluar kelas. Ketika kenyataan seperti ini tidak disadari dari awal, yang terjadi adalah mahasiswa merasa jenuh karena materi yang diberikan oleh dosen terasa berulang, tapi pemahamannya jauh lebih sulit.
Meskipun sudah pernah belajar materi dasar akuntansi di SMK, masih banyak mahasiswa yang merasa asing sebagian besar materinya saat di perkuliahan. Maka ketika bertemu jurnal umum ataupun neraca saldo, mereka tidak lagi secepat dulu saat di SMK. Lebih parahnya lagi beberapa materi dasar harus dipelajari lagi dari awal. Hal ini memberikan pemahaman bahwa pernah belajar tidak sama dengan masih mengusai materinya atau unggul di bidang yang sama.
Tak bisa dipungkiri bahwa, situasi seperti ini membuat mahasiswa merasa tertekan, apalagi jika melihat teman-teman dari SMA atau SMK dari jurusan selain akuntansi bahkan lebih cepat memahami teori yang diberikan oleh dosen. Dengan situasi ini lulusan SMK harus menyadari bahwa untuk bisa tetap unggul, mereka juga harus siap untuk mengulang dan lebih memahami lagi materi yang sempat hilang.
Setelah mahasiswa merasakan materi perkuliahan yang sangat berbeda saat di SMK, mulai dari gaya belajar sampai istilah-istilah asing yang baru mereka dengar, banyak juga mahasiswa yang akhirnya sadar kalau belajar ulang itu tidak bisa dihindari. Tetapi bukan hanya membuka ulang catatan materi lama, mahasiswa harus belajar dengan cara yang lebih dalam lagi.
Saat SMK mereka sudah terbiasa mengikuti rumus dan langkah-langkah. sedangkan di perkuliahan mereka dituntut harus memahami logika dibalik semuanya. Bukan sekadar tahu gimana caranya menjurnal, tetapi juga harus paham kenapa harus seperti itu, dan tau dampaknya ke laporan keuangan nantinya.
Meskipun sudah sangat terbiasa dengan menjurnal saat SMK, tidak sedikit juga mahasiswa merasakan junuh ketika menghadapi tekanan dan gaya belajar sangat berbeda di perkuliahan. Dengan inilah mereka perlu mencari gimana cara belajar yang cocok agar tidak merasa jenuh lagi. Karena ketika mereka siap untuk kuliah bukan sekedar mengulang dari SMK, tapi di perkuliahan ini mereka akan merasakan ke tingkat yang lebih menantang lagi.
Bagi mahasiswa lulusan SMK akuntansi, hal ini mungkin terasa berat di awal perkuliahan. Tapi di situlah kuncinya, dengan mahasiswa ingin belajar ulang dengan pola pikir yang lebih baik. Jika mereka bisa mengikuti proses ini, maka bekal dari SMK bisa menjadi nilai tambahan.
Karena akuntansi di perkuliahan lebih dari sekadar soal hitung-hitungan, tetapi juga harus bisa memahami logika, teori, dan pemahaman pada materi akuntansi. Bisa saja mahasiswa lulusan SMK memiliki modal awal yang bagus. Tapi di perkuliahan bukan sekadar bisa praktik, melainkan mampu berpikir dan memahami secara lebih mendalam lagi tentang akuntansi.
Jadi, apakah lulusan SMK akuntansi siap kuliah? Jawabanya bisa iya, jika mereka siap untuk belajar lagi dari awal dan mau beradaptasi. Untuk siap atau tidaknya mereka di bangku perkulaiahan tergantung pada seberapa besar keinginan mereka untuk beradaptasi dan belajar kembali dari awal, tidak cukup jika mereka hanya mengandalkan pengalaman sebelumnya. Karena di dunia perkulihan, belajar bukan lagi soal "siapa yang sudah punya pengalaman" tapi "siapa yang siap untuk belajar ulang dari awal dan mau terus berproses".
Karena pada akhirnya, yang bisa bertahan di bangku perkuliahan nantinya bukan siapa yang sudah memiliki keunggulan di awal, tapi siapa yang mau terus belajar dan mau menyesuaikan diri. Semoga semakin banyak lagi lulusan SMK akuntansi yang siap untuk kuliah, bukan cuman siap di praktiknya, tetapi juga siap dalam memahami lebih dalam teori akuntansi di perkuliahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI