Di sisi lain, pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin yang baru saja dilantik menekankan kepada Mendikbud yang baru untuk menyiapkan peserta didik agar siap terjun ke dunia kerja. Jokowi berharap dengan dipilihnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, akan ada terobosan baru yang dilakukan guna merealisasikan sistem link and match antara kemampuan lulusan dan kebutuhan dunia kerja.
Kali ini, bukannya meningkatkan lagi upaya penanaman karakter pada siswa, Jokowi justru membuat fokus baru. Bukannya melakukan evaluasi karakter siswa, Jokowi justru sibuk mempersiapkan mereka menjadi budak-budak kapitalis tak berakhlak. Membekali siswa dengan berbagai keterampilan memang hal yang baik.
Tapi hal itu bisa menjadi bumerang bagi bangsa kita sendiri jika tidak dibarengi dengan pendidikan moral. Mau sampai kapan kita membiarkan bangsa ini diatur oleh orang-orang cerdas tak berhati nurani yang akhirnya hanya menyengsarakan rakyat?
Kembali kepada kasus penganiayaan guru oleh murid. Kasus-kasus tersebut tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia saja. Riset yang dilakukan American Psychological Association (APA) pada tahun 2013 menunjukkan, 80 persen guru di Amerika pernah menjadi korban perundungan murid (tirto.id). Lagi, fakta memperlihatkan ketidaklinearan tingkat pendidikan akademik dengan pendidikan moral.
Dari berbagai analisis di atas sudah jelas terlihat bahwa akar masalahnya adalah sekulerisasi yang terjadi pada masyarakat saat ini. Pendidikan akademik dinilai lebih penting daripada pendidikan moral berlandaskan nilai-nilai agama.
Menyiapkan siswa agar siap bersaing di dunia kerja dinilai lebih urgen daripada membekali mereka dengan nilai karakter yang baik. Pendidikan itu sendiri pun dibatasi pada peran guru di sekolah.
Orang tua sibuk bekerja, anak-anak tumbuh tanpa mendapatkan dasar-dasar nilai yang seharunya didapatkan dari madrasah pertamanya. Ketimbang menjadi orang tua sekaligus guru yang baik untuk anaknya, mereka lebih memilih mengejar materi dalam dunia yang serba kapitalis.
Sudah saatnya kita bangun dari ketersesatan ini. Diperlukan sistem yang mengatur semua bidang secara seimbang, yang tidak hanya memuaskan nafsu duniawi, tetapi juga memenuhi kodrat manusia sebagai hamba Tuhannya.
Sudah saatnya kita sadar, bahwa hanya dengan menegakkan Islam secara menyeluruh, maka umat manusia akan selamat dari kubangan yang semakin hari semakin dalam.
Penegakan Islam secara kaffah dapat menjamin terciptanya pola masyarakat yang berakhlak baik sesuai tuntunan syariah dalam semua lingkup kehidupan. Mulai dari lingkup paling kecil, yaitu individu, hingga negara.
Dalam Islam, telah dijelaskan secara rinci bagaimana seharusnya seorang hamba berperilaku. Bagaimana orang tua sudah sepatutnya menjadi madrasah pertama bagi anaknya dan bukan hanya mengandalkan sekolah.