Mohon tunggu...
Nurhidaya
Nurhidaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Administrasi Kesehatan Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Anemia Jadi Faktor Risiko Stunting?

5 Desember 2023   16:45 Diperbarui: 5 Desember 2023   16:48 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penduduk dunia yang menderita anemia berjumlah 1,62 miliar orang, dengan prevalensi pada anak sekolah dasar sebesar 25,4% atau 305 juta jiwa. Anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan mayoritas terjadi pada anak usia 5 -- 12 tahun yaitu sebesar 29% di Indonesia.

Anemia merupakan kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dari jumlah normal. Sel darah merah adalah sel darah yang bertanggung jawab untuk mengirimkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ketika sel darah merah dalam tubuh sedikit dan mengalami gangguan, maka tubuh tidak dapat menerima oksigen dengan cukup.

Dampak   anemia   bagi   siswa  sekolah   dasar adalah menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan  baik  sel  tubuh maupun  sel  otak sehingga  menimbulkan  gejala muka  tampak pucat,  letih,  lesu  dan  cepat  lelah sehingga dapat   menurunkan   kebugaran   dan   prestasi belajar. Selain itu, anemia dapat menyebabkan rendahnya   daya   tahan   terhadap   penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang dari seharusnya, prestasi belajar/kerja dan prestasi olahraga  yang  rendah  dan  gangguan  tumbuh kembang fisik (stunting) (Nirmala, 2012).

Siswa    yang mengalami  anemia  dengan  tumbuh kembang yang  kurang  sesuai  dengan  usianya menunjukkan    kejadian    anemia    berkaitan dengan   kejadian   stunting   pada anak.

Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak mengalami kegagalan tumbuh kembang. Data WHO tahun 2020 prevalensi stunting sebesar 22%. Data terakhir Kementerian Kesehatan  menyebutkan pada tahun 2021 angka kejadian stunting di Indonesia sebesar 24,4%.

Di lain sisi, sembilan dari 12 penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan hemoglobin rendah berisiko melahirkan bayi baru lahir dengan pertumbuhan terhambat. Peneliti   menyebutkan   dalam   telaah eksperimennya  bahwa  ibu  dengan anemia/haemoglobin rendah  saat  kehamilan memiliki  resiko sebesar  15  kali  melahirkan  anak Stunting.


Selain itu, pemberian  ASI menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan. ASI   merupakan   sumber   makanan   penting   yang   dapat   memenuhi kebutuhan gizi anak dalam proses tumbuh kembangnya. Salah satu kandungan penting ASI selain antibodi untuk kekebalan tubuh Anak, ASI juga mengandung kalsium yang lebih baik untuk menunjang pertambahan tinggi badan anak.

Masalah  kesehatan  yang  timbul  akibat stunting yaitu  penyakit  diabetes  dan  obesitas dikarenakan sistem  metabolisme  tubuh  yang  tidak  maksimal. Stunting berpengaruh pada  tingkat  intelektual anak.  Anak  dengan  status  gagal  tumbuh cenderung  memiliki intelektual   yang   kurang   optimal   dimana   hal   tersebut   akan   mengurangi  tingkat produktivitas  anak  dalam  jangka  panjang

Salah satu intervensi yang direkomendasikan untuk mencegah stunting pada anak usia sekolah adalah deteksi dini anemia. Upaya peningkatan kesehatan baik pada ibu hamil maupun anak tentunya perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun