Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... -

Nurhasanah seorang mahasiswi STKIP-PGRI Pontianak. Daerah Asalnya, kec. Seponti Jaya. Kabupaten Kayong Utara. Lagi menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal jadi guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

6 Hari Jadi Guru Pengganti (Senangnya)

22 Juli 2010   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:40 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini adalah hari pertama saya mengajar di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Pontianak. Ibu Aisyah guru PKn di sekolah itu sedang pergi ke Jogja karena ada keperluan. Beliau adalah guru pamong yang sangat baik semasa saya melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Pontianak.  Beliau mengajari  saya banyak hal tentang bagaimana menghadapi siswa. Walaupun PPL sudah berakhir, hubungan kami tetap terjalin dengan baik. Saya masih sering bertemu Ibu di sekolah untuk keperluan tertentu. Diantara teman-teman PPL lain hanya saya yang masih sering datang ke sekolah, sampai ada guru lain yang mengatakan: “Nur lah PPL paling setia sama guru pamongnya, setia kaya pelanggan Telkomsel”. Mendengar candaan itu saya hanya tersenyum tanpa menjawab, terus terang saya tidak pandai bergurau apalagi dengan orang yang lebih tua. Dan entah mengapa gurauan tersebut membuat hati saya terhibur.

Sekarang ibu Aisyah memberi kepercayaan kepada saya untuk menggantikannya mengajar di kelas X dan kelas XII, meskipun hanya 6 hari dari hari Kamis sampai Selasa sungguh membuat saya senang. Saya merasa ini adalah kesempatan yang paling berharga yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan ini saya dapat melatih diri saya agar terbiasa mengajar, sehingga dapat mengurangi perasaan gugup, gemetaran, deg-degan setiap saat saya berdiri didepan kelas dan yang terpenting bisa mencpitakan suasana kelas yang kondusif.

Tapi sejujurnya meskipun saya sudah melaksanakan praktek mengajar selama 5 bulan, sudah membaca buku nya Rossenblum-Kimmel  yang judulnya “ Anda Harus Pergi ke Sekolah…Anda Guru! ” (saya merasa beruntung bisa membaca ini), sudah berulangkali membaca materi yang akan dibahas, dan sudah berkali-kali bergaya di depan cermin,perasaan deg-degan masih selalu ada setiap saat akan memasuki kelas. Dan ternyata ada saja pertanyaan siswa yang tak terduga sebelumnya. hmm tapi sejauh ini menyenangkan.

Walaupun begitu saya tidak pernah berpikir bahwa usaha saya sia-sia, karena masih saja mengalami perasaan deg-degan. Saya akan terus berusaha menjadi guru yang lebih baik. Saya berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah saya lakukan dahulu saat PPL.

Selama masa PPL saya selalu berusaha menjadi guru yang menyenangkan dengan tidak pernah memarahi siswasaat mereka melakukan pelanggaran di kelas, saya selalu memberi maaf kepada siswa yang berjanji tidak akan ribut namun kenyataannya tidak lama setelah berjanji mereka mengulanginya lagi. Saya selalu memberi izin kepada siswa yang keluar kelas dengan alasan pergi ke toilet, meskipun berkali-kali. Saya selalu mengalah pada kemauan siswa. Dan tidak jarang mereka mempermainkan saya.

Sampai suatu ketika ada seorang siswa cerdas yang menegur saya secara pribadi, saya tidak akan pernah lupa wajahnya, terutama kata-katanya yang begitu menyadarkan dan memberikan pelajaran yang begitu berharga bagi saya. Dia begitu prihatin dan peduli pada guru nya. Dengan sopan dia menasihati saya, “Ibu maaf ya kelas saya siswa/i nya suka rebut, saya tau ibu pasti kesal setiap masuk kelas… Ibu seharusnya lebih tegas pada kelas … Kalau guru tertentu yang masuk mereka tidak berani ribut, karena guru tersebuttegas”. Mendengar hal itu Saya berusaha membela diri dengan menjawab, “Saya tidak mau tegas karena saya sadar saya hanya seorang guru PPL, sepertinya teman-teman kamu kurang menghargai guru PPL, buktinya mereka mendeskriminasi ibu, sekali lagi ibu tidak mau cari musuh”. Mendengar jawaban pembelaan dari saya, siswa tersebut nampaknya berfikir, dan mengiyakan. Namun tidak lama kemudian dia kembali berucap dengan sigap “Tapi tetap saja ibu harus tegas, saya jamin merekatidak akan berani memperlakukan ibu seperti kemarin. Berjuanglah bu”.

Saya sadar saya salah, tapi waktu itu saya berpikir tidak seharusnya dia menasihati saya seperti itu. Coba dia yang ada dalam posisi saya sekarang dengan keterbatasan kemapuan yang dimiliki. Mungkin saya terlalu terpengaruh dengan nasihat salah satu teman PPL saya yang mengatakan: “Mejadi guru PPL itu tidak boleh banyak tingkah, ikuti saja apa maunya siswa disitu yang kamu perlukan hanya nilai bukan musuh. Coba lihat si …dia mengajar terlalu berani sampai menghukum siswa, hingga akhirnya dalam perjalanan pulang dia di cegat oleh sekelompok siswa yang merasa kecewa karena telah dihukum. Akhirnya dia babak belur dipukuli siswanya, untungnya ada orang yang melihat kejadian itu. Coba kalau tidak. Sekarang dia mana berani lagi menghukum siswanya biarpun siswa itu salah”.

Iya saya memang terlalu terpengaruh dengan cerita itu sehingga saya tidak berani bertindak tegas di kelas. Selain itu saya juga memiliki pemahaman yang salah dalam mengartikan kata tegas. , seharusnya saya lebih mendengarkan nasihat dosen tentang bagaimana cara menghadapi siswa dikelas, ketimbang mendengarkan nasihat teman yang malahan berdampak buruk bagi cara mengajar saya.

Saya menyadari, menjadi guru adalah pekerjaan yang tidak mudah. Membutuhkan kecerdasan, kesabaran, pegorbanan dan keikhlasan yang ekstra.

Tinggal 5  hari ini akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Salam hangat buat semua guru hebat di dunia :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun