Mohon tunggu...
Andi Nur Fitri
Andi Nur Fitri Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan swasta

Ibu dua orang anak, bekerja di sekretariat Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia Komisariat Wilayah VI (APEKSI Komwil VI)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pertanggungjawaban sang Burung Pipit

27 Juni 2018   04:58 Diperbarui: 27 Juni 2018   05:08 2271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebentar lagi pemilihan kepala daerah tingkat Kota Makassardan Sulawesi Selatan terselenggara. Bukanlah suatu kebetulan, saya mendapatipostingan status FB seorang teman yang cukup menarik. Postingan itu juga diakutip dari tulisan KH. Asep Mousul Affandy. Dengan cekatan saya minta izinuntuk mereproduksi tulisan tersebut sambil mencari referensi kisah burungpipit, cecak, dan Nabi Ibrahim AS.  

Tersebutlah sebuah cerita tentang peran burung pipit ketikaNabi Ibrahim AS, bapaknya para nabi dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud BinKan'an. Ketika itu Raja Namrud adalah penguasa Babylon, negeri yang sangatsubur, luas dan kaya. Masyarakat Babylon sendiri adalah penyembah berhala. NabiIbrahim AS diutus untuk menyeru kepada keluarga dan kaumnya. 

Suatu ketika saatrakyat Babylon sedang berpesta, Ibrahim menuju tempat penyembahan mereka danmenghancurkan berhala-berhala kaum Babylon. Kejadian ini membuat raja Namrudmarah besar, ia memerintahkan agar Ibrahim ditangkap dan dibakar hidup-hidup.

Alquran mengabadikan kisah pembakaran Nabi Allah, Ibrahim ASdalam QS Al-anbiya ayat 69. Ada sebuah momen menarik ketika tubuh Ibrahim ASmulai dikelilingi bara api, seperti disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-Azhim (Jilid 3/225). 

Bukan hanya api yang tidak mampu menghancurkan tubuh sang Nabi, tetapi semua binatangmelata pun berusaha memadamkan api yang membakar Ibrahim AS, kecuali cecak. Kerjasamahewan-hewan yang membantu Nabi tersebut kemudian memunculkan percakapan yangsangat menarik antara burung pipit dan cecak. 

Burung pipit kecil merasa sangat bersedih karena sang NabiAllah SWT dibakar. Ia pun berusaha memadamkan api itu dengan cara mengangkutair di paruh kecilnya. Ia pulang balik sebuah danau untuk mengambil air danmenitikkannya ke atas api yang sedang melahap tubuh Ibrahim AS. Cecak yang melihatnyatertawa mengejek,  "mana mungkin air dari paruhmu itu dapat memadamkan api ...itu hanyabeberapa tetes saja..."ejek sang cecak. Burung pipit tidak peduli, apakah airyang sempat diangkutnya mampu memadamkan kobaran api atau tidak, ia terus sajameneteskan air dari paruhnya. "Aku tidaksanggup melihat Nabi Ibrahim, kekasih Allah dibakar. Biarlah air ini terusmenetes, karena Allah Maha Tahu pada siapa aku berpihak..." burung pipitmembela diri. 

Sementara itu Cecak terus saja tertawa. Sambil menjulurkanlidahnya menghembuskan nafas ke arah api, agar api itu kian membesar. Memangtiupan cecak tidaklah sebanding kobaran api, tapi Allah SWT menyaksikan dimanadia berpihak. 

Intisari percakapan  burung pipit dan cecak sedang terulang danmungkin akan terus terulang...Esok saya akan melaksanakan kewajiban sebagai warganegara di pilkada. Suara yang saya berikan mungkin tidak mampu mendatangkankemenangan bagi paslon yang saya pilih, karena kuatnya hembusan ketidakpastian.  Tetapi biarkan saya menjadi burung pipit.Bila suatu hari dimana seluruh manusia dimintai pertanggungjawaban, Allah SWTMaha Tahu saya sudah menjalankan kewajiban itu dan menyaksikan pada siapa sayaberpihak....Syukran Ya Rabbi 

Dini hari di Makassar, 27 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun