Mohon tunggu...
Nurfi Salsabila
Nurfi Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

jangan lupa membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tren! Goyang Pargoy yang Banyak Membuat Orang Mengalami Syndrome

6 Januari 2022   08:10 Diperbarui: 6 Januari 2022   08:16 2027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar gerakan pargoy. Sumber : era.id

TikTok adalah salah satu platform yang biasa digunakan untuk membuat video baik berbentuk gerakan ataupun informasi. Tiktok saat ini menjadi aplikasi teratas dan mencapai trending pertama yang banyak diminati dan diunduh oleh hampir semua orang yang ada di dunia bahkan di Indonesia. Selain itu, tiktok bisa digunakan untuk berjualan bahkan saat ini ada bagian dari tiktok yang memiliki wadah untuk menjual produk-produknya dan biasanya yang melakukan promosi dari produk tersebut adalah para seleb TikTok. 

Tiktok selalu memiliki gerakan yang viral setiap masanya. Gerakan pargoy muncul di pertengahan tahun 2021, gerakan ini muncul ketika banyak orang yang harus berada di rumah akibat dari pandemi Covid-19. Tren pargoy ini cukup berada lama di tiktok sehingga hampir semua orang yang memiliki aplikasi tiktok tau akan gerakan ini. Mereka membuat video tiktok tersebut dengan lagu yang beragam sehingga ini menjadi faktor dari makin terkenalnya gerakan pargoy.

Pengertian dari pargoy ini diambil dari dua kata yaitu kata partay dan juga goyang. Yaitu sejumlah orang yang melakukan goyangan yang melakukan goyangan dengan iringan music yang sedang tren dan menjadi favorit di tiktok. Gerakan goyang pargoy ini membuat ramai dunia maya khususnya dunia hiburan, sampai ada seseorang yang merasakan syndrome dari Gerakan pargoy ini. 

Tika, seorang Wanita yang berumur 18 tahun. Hal tersebut dapat dilihat di akun Instagram @tante_rempong di mana terdapat Pengakuan Tika yang merasa syndrome akan Gerakan pargoy. Video yang dibagikan oleh Tika yang menceritakan tentang kondisinya yang sering reflek mengikuti gerakan pargoy bahkan gerakan tiktok lainnya..

 "Awalnya saya bermain tiktok hanya untuk hiburan saya saja. Tetapi lama kelamaan saya merasa aneh, karena tidak bisa mengontrol tubuh saya dan ternyata setelah saya beranikan diri untuk cek ke dokter ternyata saya mengamalami syndrome tiktok" ujar Tika.

Tika bercerita bahwa dia harus meminum obat secara rutin selama sehari dua kali untuk mengurangi syndrome gerakan tiktok yang sering secara tidak sadar dia lakukan. "akhirnya saya bisa mengurangi gerakan reflek setelah saya mengonsumsi obat yang diberikan dokter secara rutin. Dokter menyarankan saya untuk mengurangi penggunaan gadget terutama membuka aplikasi tiktok " kata Tika.

Awalnya goyang pargoy merupakan gerakan yang tidak banyak menyebabkan perdebatan karena dianggap asyik-asyik saja untuk dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena banyak oknum-oknum yang menggunakan Gerakan pargoy untuk hal-hal yang dianggap masih tabu di Indonesia. Seperti saat sedang menggunakan rok pendek sambil mengikuti gerakan pargoy dengan ekspresi yang menggoda yang akhirnya mengundang laki-laki. 

Sehingga hal ini masih dianggap menjadi hal yang tidak seharusnya dilakukan karena dianggap dapat membuat para laki-laki menjadi memiliki pemikiran yang tidak baik. 

Hal-hal di atas akan menjadi dampak dari viralnya gerakan pargoy. Pargoy memang bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi rasa gabut di kala pandemi Covid-19 yang terjadi sampai saat ini. 

Namun, hal yang berlebihan untuk dilakukan pun tidak baik, contohnya seperti dalam video yang diunggah di TikTok dengan menggunakan pakaian yang terbuka yang akhirnya mengundang pandangan kepada para netizen yang melihatnya untuk menghujatnya karena di Indonesia ini sudah menjadi hal yang banyak terjadi ketika ada hal yang sedikit melenceng dari budaya yang biasa dilakukan di Indonesia sehingga hal tersebut menjadi hal yang perlu diperhatikan dan juga perlu hati-hati dalam mengunggah segala sesuatu di sosial media karena media sosial memiliki jejak digital yang akan selalu ada sampai kapan pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun