Pada akhirnya, kritik ini bukan ditujukan untuk meruntuhkan nama Sekolah saya ini atau melemahkan makna values itu sendiri, melainkan untuk mengingatkan bahwa nilai pendidikan sejati hanya akan hidup jika benar-benar dipraktikkan secara konsisten. Nilai pendidikan maupun swasta atau tidak, bukan sekadar slogan di dinding kelas atau kata-kata dalam brosur sekolah, melainkan pedoman moral yang seharusnya menjadi darah dan nadi dalam setiap keputusan guru, siswa, maupun pimpinan sekolah.
Jika seluruh civitas akademika sekolah harus mampu merefleksikan kembali arti nilai pendidikan sekolah penulis terutama seluruh indonesia serta mengikuti secara utuh, maka bukan hanya reputasi sekolah yang akan terangkat, melainkan juga kepercayaan publik yang selama ini dirusak oleh stigma. Pendidikan sejati lahir dari keadilan, empati, dan konsistensi. Tanpa itu semua, nilai pendidikan penulis atau kita semua ini hanya akan menjadi simbol kosong---tetapi dengan itu, ia bisa menjadi fondasi kuat untuk membentuk generasi yang benar-benar berkarakter.
Maka dari itu kita sebagai masyarakat Indonesia, harus tekun dalam pendidikan moral dan akademik. Penulis akan meminjamkan kata Tan Malaka itu sendiri, "Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI