Mohon tunggu...
Nur Fadilah
Nur Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswi

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketidaksesuaian Lulusan Perguruan Tinggi dengan Kebutuhan Dunia Kerja di Indonesia

2 Mei 2025   06:40 Diperbarui: 2 Mei 2025   06:40 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ketidaksesuaian Lulusan Perguruan Tinggi dengan Kebutuhan Dunia Kerja di Indonesia"

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi tantangan serius dalam sektor ketenagakerjaan, khususnya terkait dengan lulusan perguruan tinggi.  Meskipun jumlah sarjana terus meningkat, banyak dari mereka yang tidak dapat segera terserap oleh pasar kerja.  Fenomena ini dikenal sebagai pengangguran terdidik, yang mencerminkan ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan industri.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk lulusan perguruan tinggi mencapai 11,28%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional yang berada di angka 5,2%  . Hal ini menunjukkan bahwa memiliki gelar akademik tidak lagi menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Salah satu penyebab utama dari tingginya angka pengangguran terdidik adalah ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja.  Banyak perguruan tinggi yang masih mengedepankan teori dibandingkan praktik, sehingga lulusan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri  . Akibatnya, perusahaan lebih memilih tenaga kerja berpengalaman dibandingkan lulusan baru yang memerlukan pelatihan tambahan  .

Selain itu, kurangnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri juga memperparah situasi.  Tanpa adanya komunikasi yang efektif, perguruan tinggi sulit menyesuaikan kurikulumnya dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar.  Hal ini menyebabkan lulusan tidak memiliki keterampilan yang relevan, seperti kemampuan dalam bidang kecerdasan buatan, otomatisasi, dan manajemen data  .

Fenomena ini juga berdampak pada meningkatnya jumlah lulusan yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusannya.  Meskipun tidak selalu negatif, hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan tinggi belum mampu mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dinamika pasar kerja yang cepat berubah  .

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan reformasi dalam sistem pendidikan tinggi.  Perguruan tinggi harus lebih responsif terhadap kebutuhan industri dengan memperbarui kurikulum, meningkatkan program magang, dan memperkuat kerja sama dengan sektor swasta.  Langkah-langkah ini dapat membantu lulusan memperoleh keterampilan yang relevan dan meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah ini.  Melalui kebijakan yang mendukung pendidikan vokasi dan pelatihan kerja, serta insentif bagi perusahaan yang bekerja sama dengan perguruan tinggi, pemerintah dapat membantu menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

Selain itu, mahasiswa juga harus proaktif dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.  Dengan mengikuti pelatihan tambahan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler yang relevan, mereka dapat meningkatkan kesiapan kerja dan memperluas jaringan profesional.

Dalam jangka panjang, sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan.  Hanya dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi angka pengangguran terdidik dan memaksimalkan potensi sumber daya manusianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun