Mohon tunggu...
Nur Eki Febriansah
Nur Eki Febriansah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa PPG Prajabatan tahun 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila: Tameng Degradasi Moral Pelajar

12 Maret 2024   15:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   15:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bullying/radarsolo.jawapos.com

Pelajar merupakan aset penting bagi bangsa ini yang memegang peranan sebagai generasi penerus masa depan. Namun yang menjadi permasalahan dewasa ini, perkembangan teknologi semakin pesat akibat adanya globalisasi ditambah dengan disrupsi informasi.  Adanya perkembangan ini tentu memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menggali informasi dan hal-hal positif namun tak sedikit pula kemudahan tersebut digunakan untuk mengakses informasi yang justru membawa dampak negatif yang menjerumuskan ke perilaku-perilaku tidak baik dan menjerumus ke degradasi moral.

Degradasi moral merupakan penurunan atau kemunduran kualitas budi pekerti seseorang dalam berbagai aspek. Sejatinya degradasi moral ini dapat terjadi di berbagai kalangan namun yang paling rentan adalah pelajar. 

Kemudahan dalam mengakses informasi ditambah rasa keingintahuan yang tinggi pada seorang pelajar diusia remajanya mengakibatkan mereka bisa saja mengakses informasi yang tidak sesuai dengan usianya dan juga tidak sesuai dengan budaya bangsa kita serta nilai-nilai Pancasila seperti budaya kebaratan, konten kekerasan, pornografi, narkoba, dll. 

Kebebasan yang ada ini berimbas pada timbulnya perilaku yang mengarah pada degradasi moral pada pelajar seperti bullying, tawuran, konsumerisme, penyalahgunaan narkoba atau bahkan pelecehan dan kekerasan seksual.

Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kasus bullying dan kekerasan yang beredar di media sosial yang terjadi pada pelajar binus school serpong. Ada juga kasus perundungan siswa kelas 6 SDN di tambun Selatan yang mengalami luka dikaki hingga berujung amputasi atau kasus serupa yang mengakibatkan siswi SD di Gresik mengalami buta permanen. 

Belum lagi kasus-kasus lainya yang terjadi dikalangan remaja seperti maraknya tawuran dan penyalahgunaan narkoba. Kondisi ini tentu harusnya menjadi perhatian tersendiri bagi Pendidikan Indonesia, Sejauh mana peran sekolah dalam mengantisipasi fenomena degradasi moral yang terjadi dikalangan pelajar.

Sejak awal bapak Pendidikan Indonesia yakni ki hajar dewantara mengungkapkan bahwa sekolah harusnya mempersiapkan generasi beradab, cakap dan Sejahtera lahir dan batin. 

Masih sejalan dengan hal tersebut ki hajar dewantara menekankan bahwa Pendidikan haruslah holistic mencakup aspek fisik, intelektual, emosional dan spiritual. Pendidikan bukan hanya tentang pemberian pengetahuan akademis semata tetapi juga melibatkan pengembangan kepribadian dan karakter individu. Hal ini tentu harusnya menjadi pengingat kembali arah Pendidikan Indonesia. Lalu bagaimana Pendidikan Indonesia saat ini?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim mencanangkan profil pelajar dalam kurikulum merdeka belajar. Semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. pendidikan moral melalui penerapan profil pelajar Pancasila ini diharapkan bisa menjadi oase ditengah degradasi moral yang terjadi pada pelajar saat ini.

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila, yakni pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Berikut adalah contoh penerapan sila Pancasila serta perwujudan profil pelajar Pancasila di lingkungan sekolah tempat penulis melaksanakan PPL PPG Prajabatan.

  • Penghayatan sila pertama Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dengan kegiatan kerohanian seperti tadarus membaca Al- Quran bagi yang beragama Islam. Kemudian memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing peserta didik, mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang selalu diberikan kepada seluruh warga sekolah, menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghormati antar warga sekolah, dan melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dan hari-hari nasional untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.
  • Penghayatan sila kedua Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi berkebhinekaan global dengan membiasakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika berkomunikasi dengan warga sekolah, menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghormati setiap keberagaman baik agama, kepercayaan, ras, suku dan budaya yang dijumpai di lingkungan sekolah serta mengaitkan materi pembelajaran dengan kebudayaan yang dimiliki peserta didik.
  • Penghayatan sila ketiga dan keempat Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi Gotong Royong dengan menghargai setiap perbedaan pendapat, melaksanakan piket harian untuk menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah, melaksanakan tugas kelompok secara kolaboratif dan kooperatif serta menumbuhkan rasa empati untuk meningkatkan kepedulian antar sesama peserta didik.
  • Penghayatan sila keempat Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi mandiri dengan diskusi mengungkapkan pendapatnya di hadapan teman-temannya tanpa menyinggung pendapat temannya, mengembangkan potensi dan bakat dalam diri masing-masing peserta didik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan usaha sendiri dan dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
  • Penghayatan sila kelima Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi bernalar kritis dengan kegiatan menganalisis suatu permasalahan disertai dengan menari kesimpulan dan merumuskan solusi untuk memecahkan masalah tersebut, mengambil keputusan yang didasarkan pada fakta dari sumber-sumber terpercaya, dan melakukan refleksi pada diri masing-masing peserta didik di setiap akhir pembelajaran.
  • Penghayatan nilai-nilai Pancasila serta perwujudan Profil Pelajar Pancasila dimensi Kreatif dengan menciptakan suatu gagasan dan karya yang orisinal, mengekspresikan potensi dan bakat peserta didik dalam proses pembelajaran. misalnya pada SMP Negeri 1 Kramat peserta didik mempunyai karya kreatif berupa batik ecoprint yang menjadi rujukan bbgp jawa tengah dan menjadi seragam identitas sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun