"Japan Inc." merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan model kerja sama yang erat antara pemerintah Jepang, industri-industri utama, dan lembaga keuangan, yang menjadi ciri khas perekonomian Jepang, terutama pada periode pasca-Perang Dunia II hingga akhir abad ke-20. Model ini seringkali diasosiasikan dengan "Keajaiban Ekonomi Jepang", yaitu periode pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkelanjutan yang berhasil mengubah Jepang dari negara yang hancur akibat perang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terkemuka dunia. Inti dari konsep "Japan Inc." adalah sistem Keiretsu, yaitu kelompok-kelompok perusahaan yang saling terkait dalam struktur jaringan bisnis yang kompleks.
Sejarah dan Evolusi dari Zaibatsu ke Keiretsu Akar dari struktur korporasi modern di Jepang dapat ditelusuri ke era Meiji, ketika pemerintah mempromosikan pembentukan konglomerat bisnis milik keluarga yang dikenal sebagai Zaibatsu. Konglomerat ini memainkan peran utama dalam industrialisasi Jepang dan memiliki hubungan erat dengan pemerintah, termasuk mendukung rezim militeristik sebelum dan selama Perang Dunia II.
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, pasukan pendudukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur berupaya membubarkan Zaibatsu karena dianggap sebagai konsentrasi kekuatan ekonomi yang bertentangan dengan prinsip demokrasi dan berafiliasi dengan militerisme. Sebanyak 16 Zaibatsu ditargetkan untuk dibubarkan sepenuhnya, dan 26 lainnya untuk direorganisasi. Namun, proses pembubaran ini tidak sepenuhnya berhasil. Dengan meningkatnya ketegangan dalam Perang Dingin, Amerika Serikat mengubah pendekatannya dan mulai melihat perlunya memperkuat ekonomi Jepang sebagai benteng melawan komunisme di Asia. Akibatnya, perusahaan-perusahaan eks-Zaibatsu diizinkan untuk kembali beroperasi, bahkan menggunakan nama lama mereka.
Perusahaan-perusahaan ini kemudian membentuk struktur yang tidak lagi dikendalikan oleh satu keluarga, melainkan melalui hubungan kepemilikan saham silang dan aliansi bisnis yang kompleks, menciptakan struktur baru yang disebut Keiretsu. Keiretsu, yang secara harfiah berarti sistem atau kelompok perusahaan, menjadi tulang punggung dari konsep "Japan Inc." pada masa pasca-perang.
Struktur "Japan Inc." dan Peran Sentral Keiretsu Keiretsu terdiri dari perusahaan-perusahaan yang secara manajerial independen namun memiliki hubungan ekonomi yang erat dan stabil, diperkuat oleh mekanisme tata kelola seperti klub presiden, kepemilikan saham silang, dan direktur yang saling terkait. Terdapat dua tipe utama Keiretsu.
Keiretsu Horizontal, yang juga dikenal sebagai Kigy shdan, merupakan kelompok konglomerat yang mencakup berbagai industri dan berpusat pada satu bank utama. Anggota kelompok saling memiliki saham dan mendukung pembiayaan dalam grup. Bank utama memainkan peran penting dalam menyediakan layanan keuangan dan stabilitas. Enam kelompok Keiretsu horizontal terbesar pada era pasca-perang dikenal sebagai "Big Six", yaitu Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Sanwa, dan Dai-Ichi Kangyo Bank Group. Kelompok ini biasanya juga mencakup perusahaan dagang umum, perusahaan asuransi, baja, dan kimia.
Keiretsu Vertikal, yang juga dikenal sebagai Seisan keiretsu atau Ryts keiretsu, menghubungkan pemasok, manufaktur, dan distributor dalam satu sektor industri. Struktur ini biasanya berpusat pada satu perusahaan manufaktur besar. Sistem ini menggunakan sistem pemasok berlapis yang mendukung perusahaan inti. Contoh terkenal termasuk kelompok Toyota, Toshiba, dan Nissan. Bank memiliki peran yang lebih kecil dalam Keiretsu vertikal dibandingkan dengan Keiretsu horizontal. Perusahaan yang menempati posisi lebih tinggi dalam struktur vertikal cenderung lebih stabil secara finansial dan terlindung dari volatilitas pasar.
Peran Bank Utama dalam Struktur Keiretsu Bank utama memiliki peran penting dalam Keiretsu horizontal karena tidak hanya menyediakan pinjaman tetapi juga memegang saham dalam perusahaan anggota. Hubungan ini menciptakan kontrol yang kuat dari bank terhadap perusahaan. Bank bertindak sebagai pemantau dan fasilitator hubungan antar anggota, sekaligus berfungsi sebagai penyelamat keuangan dalam kondisi darurat. Struktur ini mengurangi kemungkinan pengambilalihan paksa karena kekuatan bank sangat dominan.
Peran Pemerintah Melalui MITI Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri Jepang (MITI) berperan aktif dalam mengarahkan pertumbuhan ekonomi Jepang pada masa pasca-perang. MITI menetapkan kebijakan industri strategis untuk mempromosikan sektor-sektor unggulan, memfasilitasi alih teknologi dari luar negeri, dan mendorong kolaborasi antar perusahaan, termasuk melalui struktur Keiretsu. Kebijakan ini mendukung pembentukan perusahaan perdagangan kuat yang mampu bersaing secara internasional.
Karakteristik dan Dampak Ekonomi Keiretsu Keiretsu dianggap sebagai elemen kunci dalam keberhasilan pertumbuhan ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II. Beberapa karakteristik dan dampak yang menonjol antara lain:
- Stabilitas dan Fokus Jangka Panjang yang disebabkan oleh kepemilikan silang dan dukungan bank utama memberikan perlindungan terhadap fluktuasi pasar dan ancaman pengambilalihan, sehingga memungkinkan perusahaan merencanakan strategi jangka panjang.
- Efisiensi dan Kolaborasi yang berasal dari hubungan erat antar perusahaan dalam Keiretsu vertikal memungkinkan implementasi sistem produksi seperti just-in-time. Pertukaran informasi yang cepat antar pihak dalam kelompok ini mempercepat proses pengambilan keputusan dan meningkatkan efisiensi operasional.
- Kekuatan Kompetitif yang ditunjukkan oleh Keiretsu melalui inisiatif strategis di berbagai sektor utama seperti petrokimia, teknologi informasi, energi, dan real estat.
Namun, sistem ini juga menghadapi berbagai tantangan:
- Keterbatasan Kompetisi yang terjadi karena eksklusivitas hubungan dalam Keiretsu mengurangi dinamika pasar dan dapat menyebabkan praktik yang kurang efisien.
- Risiko Utang Berlebih yang timbul dari akses mudah ke pendanaan dari bank utama, sehingga mendorong perusahaan mengambil utang berlebihan atau strategi investasi yang terlalu agresif.
- Kurangnya Fleksibilitas yang disebabkan oleh kompleksitas jaringan Keiretsu mengakibatkan adaptasi terhadap perubahan pasar menjadi lebih lambat.
- Ketertutupan yang terjadi karena hubungan internal yang erat menyulitkan pihak luar untuk masuk atau mengakuisisi perusahaan anggota.