Mohon tunggu...
Nurdin Jeneponto
Nurdin Jeneponto Mohon Tunggu... Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Jeneponto

Mari Kita Budayakan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gelombang Tren dan Kembalinya Esensi : Refleksi perayaan idul fitri 2025

5 April 2025   12:38 Diperbarui: 5 April 2025   12:38 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
budaya joget joget dalam pemberian THR ( Foto Tangkapan layar Ighort)

Menjelang Idul Fitri 2025, suasana keceriaan mulai terasa di berbagai pelosok tanah air. Masyarakat mempersiapkan diri untuk menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) masih menjadi bagian penting dari perayaan ini. Namun tahun ini, terdapat fenomena baru yang menarik perhatian yaitu adanya tren pemberian THR yang diiringi dengan tarian tertentu yang ramai dibicarakan di media sosial.

Fenomena pemberian THR dengan gerakan tarian tertentu ini menjadi viral di berbagai platform media sosial. Banyak yang mengikuti tren ini tanpa memahami asal-usul dan makna dari gerakan tersebut. Beberapa kalangan masyarakat tampak antusias mengikuti tren ini karena dianggap menghibur dan menarik perhatian, terutama bagi generasi muda yang senang membuat konten viral. Video-video pemberian THR dengan tarian ini tersebar luas dan mendapat jutaan tayangan dalam waktu singkat.

Dari sudut pandang Islam, tradisi memberikan THR sendiri sejatinya merupakan implementasi dari nilai-nilai berbagi dan sedekah yang sangat dianjurkan dalam agama. THR bisa dilihat sebagai bentuk sedekah yang diberikan kepada kerabat, pekerja, atau orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud rasa syukur. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki, terutama di momen spesial seperti Idul Fitri.

benarkah joget2 ini berasal dari budaya tertentu  (Sumber: ighort/tangkapan layar dari medsos)
benarkah joget2 ini berasal dari budaya tertentu  (Sumber: ighort/tangkapan layar dari medsos)
Namun, mengenai fenomena menggabungkan pemberian THR dengan tarian tertentu yang diklaim berasal dari budaya tertentu, para ulama dan tokoh agama mulai menyuarakan keprihatinan. Mereka mengingatkan bahwa umat Islam perlu berhati-hati dalam mengadopsi budaya atau tradisi yang tidak jelas asal-usul dan maknanya, terutama jika ada kemungkinan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Para ulama menekankan pentingnya menjaga kemurnian ibadah dan tradisi Islam, terutama dalam momen sakral seperti Idul Fitri.

Beberapa organisasi Islam kemudian mengadakan edukasi dan sosialisasi mengenai cara merayakan Idul Fitri yang sesuai dengan tuntunan agama. Mereka mengajak masyarakat untuk kembali pada esensi Idul Fitri yang sesungguhnya, yaitu momen untuk bermaaf-maafan, mempererat silaturahmi, dan berbagi dengan yang kurang mampu. Pemberian THR tetap dianjurkan, namun dengan cara yang santun dan penuh keikhlasan, tanpa perlu ditambahkan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Pasca  Idul Fitri 2025, kesadaran masyarakat mulai tumbuh seiring dengan gencarnya komentar edukasi dari para nitizen berbagai pihak. Banyak yang akhirnya memilih untuk kembali merayakan Idul Fitri dengan tidak membuata konten2 tersebut namun tetap bermakna, sesuai dengan tuntunan agama. Fenomena tarian dalam pemberian THR pun perlahan mulai berkurang, digantikan dengan semangat berbagi yang lebih tulus dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Masyarakat kembali menyadari bahwa kebahagiaan Idul Fitri yang sejati terletak pada kebersamaan keluarga, momen silaturahmi, dan nikmatnya berbagi dengan sesama tanpa perlu ditambah dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Oleh : Nurdin Ighort

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun