Mohon tunggu...
Nurcahyati
Nurcahyati Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Q. S. Muhammad :7

Q. S. Muhammad:7

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cakupan Bayi Mendapat IMD

23 Maret 2020   19:05 Diperbarui: 25 Maret 2020   08:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah meletakan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu yang dilakukan sekurang-kurangnya satu jam segera setelah lahir. Jika kontak tersebut terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari satu jam dianggap belum sempurna dan dianggap tidak melakukan IMD. 

Pada tahun 2017, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD sebesar 73,06%. Angka ini sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. 

Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah Aceh (97,31%) dan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua (15%). Ada empat provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2017 sedangkan provinsi Papua Barat belum mengumpulkan data (profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017).

Berdasarkan jurnal penelitian, faktor utama kegagalan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu:

Kegagalan pelaksanaan  inisiasi menyusui dini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan dari suami, kurangnya dukungan tenaga kesehatan dan pengaruh dari promosi susu formula. 

Faktor dari dalam yaitu pengetahuan ibu, kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pelaksanaan IMD disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama pemeriksaan kehamilan. 

Selain itu ibu juga kurang aktif mencari informasi mengenai pentingnya pemberian ASI melalui inisiasi menyusui dini. Faktor dukungan suami, dalam penelitian ini bahwa suami kurang mendukung pelaksanaan IMD karena suami juga tidak memahami tentang pentingnya pelaksanaan IMD. 

Suami tidak pernah diberi pemahaman tentang IMD dan menganggap bahwa mengenai kehamilan dan persalinan adalah tugas ibu untuk mengetahuinya. Dan suami hanya bertugas untuk mengantar dan menemani ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan. 

Dalam pemikiran para suami bahwa definisi suami siaga adalah seperti itu.  Faktor dukungan tenaga kesehatan, dari hasil penelitian bahwa tenaga kesehatan kurang mendukung program pelaksanaan IMD dikarenakan lebih mengutamakan untuk mempromosikan susu formula. 

Padahal seharusnya disini peran tenaga kesehatan yaitu bidan perujuklah yang paling berperan. Namun kenyataannya malah sebaliknya. Bidan tidak pernah menganjurkan pelaksanaan IMD. 

Faktor promosi susu formula, ternyata bahwa promosi susu formula lebih dipromosikan oleh tenaga kesehatan. Adanya keuntungan yang diberikan oleh pihak perusahaan susu kepada tenaga kesehatan menyebabkan tenaga kesehatan lebih tergiur untuk mempromosikan produk mereka dan hal ini telah melanggar aturan. (Enni Prina dkk 2009)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun