Mohon tunggu...
Nur Budi
Nur Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Tebarkan benih kebaikan... maka akan tumbuh mekar bunga-bunga pahala...

"Dialah yg menjadikan utk kamu bumi yg mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali stlh dibangkitkan" (QS Al-Mulk : 15)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Eksotisme Kawah Ijen: Datang Tampak Muka, Pergi Tampak Punggung

14 April 2021   21:42 Diperbarui: 30 Mei 2022   14:56 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan kawah Ijen (Dokpri)

Suara keras alarm dari handphone membangunkanku tengah malam itu. Sengaja kusetel tepat jam 24.00 karena kami sudah janjian untuk berkumpul dengan beberapa kawan pada jam 2 dini hari di pelataran parkir yang biasa disebut Pos Paltuding.

Istri dan anak-anak (Salma, Zulfan dan Fikar) aku bangunin. "Gimana Mi, kuat naik?" tanyaku pada istri karena sebelum tidur mengeluhkan badannya yang agak meriang dan perut terasa mual. 

"Agak mendingan, Insya Allah kuat. Nanti coba sekuatnya aja", jawab istriku meyakinkanku. Setelah aku merasa yakin dengan kondisinya, aku berganti memastikan kesiapan anak-anak.

Segala persiapan dan perlengkapan untuk naik gunung sudah kami lakukan siang sebelumnya. Persiapan tidak terlalu ribet sebetulnya karena pendakian awal Januari 2021 ini merupakan pendakian yang ketiga bagi kami sekeluarga ke gunung dengan ketinggian 2.386 mdpl ini. 

Masing-masing telah kami siapkan jaket, penutup kepala, masker, sarung tangan, sepatu/sandal gunung dan senter kepala. Air mineral dan makanan ringan juga sudah masuk dalam tas ransel. Rasanya persiapan sudah seratus persen. 

Tiket untuk bisa masuk ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Ijen telah kami urus jauh-jauh hari dengan menghubungi pengelola. Sejak awal dibuka pada musim pandemi Covid-19, pengunjung tidak bisa lagi membeli tiket langsung di lokasi, hanya bisa dilakukan secara daring (online).

Pengunjung yang biasanya bisa mencapai 500-an semalam, bahkan ribuan orang saat week end, pada masa pandemi dibatasi maksimal 250 orang. Jam buka juga diatur berbeda. Jika sebelum pandemi, pintu masuk mulai dibuka jam 01.00, saat pandemi, pengunjung baru diperbolehkan masuk mulai jam 03.00.

Sekitar jam 01.15-an aku keluarkan mobil dari garasi. Tak lama kemudian, kami berlima berangkat dari rumah di Banyuwangi. Dengan berjalan santai, waktu tempuh kota Banyuwangi ke Pos Paltuding dengan mobil sekitar 1 jam. Aku nyetir tidak terlalu kencang, nyamperin Mas Slamet, driver kantor yang sudah janjian menunggu di Desa Licin dekat rumahnya. 

Perjalanan dari kota ke puncak Ijen memang pasti melalui Desa Licin. Setiap kami naik ke Gunung Ijen, Mas Slamet inilah yang setia menemani. Setelah kulihat Mas Slamet berdiri menunggu di depan kantor BRI Licin, segera aku menepikan mobil. Kendali kemudi berganti ke Mas Slamet. Aku bisa sedikit santai.

Meski beraspal mulus, jalan menuju ke Pos Paltuding tidak terlalu lebar, tapi cukup untuk mobil saling berpapasan. Harus hati-hati memang, karena berliku dan banyak tanjakan tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun