Mohon tunggu...
Nur Budi
Nur Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Tebarkan benih kebaikan... maka akan tumbuh mekar bunga-bunga pahala...

"Dialah yg menjadikan utk kamu bumi yg mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu kembali stlh dibangkitkan" (QS Al-Mulk : 15)

Selanjutnya

Tutup

Humor

Aku dan Menlu Belanda

7 Maret 2021   21:05 Diperbarui: 20 Januari 2022   14:41 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Februari lalu, saya mendapat undangan dari Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan untuk hadir dalam kegiatan restocking atau tebar benih ikan di waduk Prijetan desa Tenggerejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. Saya senang mendapat undangan ini karena saya bisa sekaligus mengunjungi kerabat di Desa Tenggerejo tersebut. Saya sengaja datang lebih pagi bersama isteri, karena isteri pengin berangkat bareng untuk mengikuti acara di tempat lain. Dan sebetulnya kerabat di Tenggerejo merupakan saudara dari isteri saya. Sebelum ke acara di Waduk Prijetan, saya sempatkan mengunjungi kerabat di Dusun Toan Desa Tenggerejo dan ketemu dengan beberapa saudara yang sudah sepuh. Mungkin sudah lebih dari dua puluh tahun saya tidak berkunjung ke desa ini. Mereka tidak mengenali saya dan isteri, tetapi masih ingat dan sangat hapal dengan nama kakek serta ibu kami. Selesai mengunjungi rumah kerabat, saya lanjut ke lokasi tebar benih ikan yang tidak jauh dari dusun Toan tersebut.

Sampai di lokasi, sudah hadir beberapa tamu, termasuk Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, Bpk Drs. MS. Heruwidi. Sambil menunggu kehadiran Bupati Lamongan Pak H. Fadeli-yang kala itu tinggal menghitung hari memimpin Kab Lamongan-, saya bersama pak Kadis Perikanan dan beberapa tamu yang sudah hadir, jalan-jalan di tepi waduk. Kami ngobrol ngalor-ngidul dengan topik sekenanya tapi penuh dengan tawa. Saat ngobrol tersebut, Pak Kadis meminta saya untuk nanti juga menyampaikan sambutan. Saya mengiyakan dan dalam hati merasa senang karena ini merupakan kesempatan untuk saya menyampaikan pesan-pesan konservasi tanah dan air kepada masyarakat di depan pak bupati.

Beberapa saat kemudian pak bupati hadir bersama forkompimda dan langsung menuju ke tepi waduk. Dengan menggunakan perahu, kami menuju ke tengah waduk untuk menebar ribuan benih ikan. Selesai tebar benih, kami menuju ke tempat yang disediakan untuk acara ceremony. Dalam sambutannya, Kadis Perikanan menyelipkan cerita bahwa di dekat Waduk Prijetan ini terdapat makam kakek Perdana Menteri Belanda. Saya yakin yang beliau maksud adalah Menlu Belanda. Pak Kadis menyampaikan bahwa Mr. Stef Blok pernah datang ke tempat makam tersebut untuk berziarah, dan waktu itu juga didampingi pak Bupati. Saya lihat pak Bupati yang duduk di samping saya menganggukkan kepala tanda mengiyakan. Saya coba googling, tentang kunjungan Menlu Belanda ke Lamongan, dan benar saja, saya baca link berita; Menteri Luar Negeri (Menlu) Belanda, HE Stef Blok pada Juli 2018 didampingi Bupati Lamongan H. Fadeli berkunjung ke Waduk Prijetan di Desa Tenggerejo Kec Kedungpring Lamongan Jawa Timur. Kunjungan ini sekaligus untuk berziarah ke makam JF A Dligoor yang adalah kakek beliau. Kakek pak Menlu ini rupanya petugas pelaksana proyek pembangunan Waduk Prijetan kala itu. Makam sang kakek inilah yang menjadikan adanya ikatan batin Mr. Stef Blok dengan Lamongan, khususnya Tenggerejo.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tiba giliran saya pada sambutan kedua, saya selipkan juga cerita bahwa kakek saya-persisnya kakek isteri saya- adalah putera asli kelahiran dusun Toan Desa Tenggerejo. Namanya Sirin Sastrowiyono. Orang-orang sepuh di Tenggerejo mengenalnya dengan nama Basirin. Saya lanjutkan cerita, menjelang akhir usia, karena satu-satunya putera hanyalah ibu saya, kakek-nenek saya boyong ke Salatiga Jawa Tengah. Kira-kira 2 tahun Mbah Sirin tinggal bersama saya sampai akhir hayat. Mbah Sirin meninggal pada tahun 2013 dan mbah puteri menyusul dua bulan kemudian. Keduanya dimakamkan di Canden, Salatiga. Kampung yang saya tinggali saat ini.

Sambil bercanda saya sampaikan di depan pak Bupati bahwa kisah hidup saya sangat mirip dengan Pak Menlu Belanda. Bedanya, kakek Pak Menlu lahir di Belanda kemudian meninggal dan dimakamkan di Tenggerejo. Sedangkan saya sebaliknya, kakek saya lahir di Tenggerejo kemudian meninggal dan dimakamkan di Salatiga, Jawa Tengah... Semua orang terlihat tertawa....

He.. he...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun