Mohon tunggu...
Nuraziz Widayanto
Nuraziz Widayanto Mohon Tunggu... lainnya -

belajar menulis apa saja sambil minum kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Coffee—The Wine of Islam

14 Oktober 2010   08:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:26 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini adalah tulisan adik kandung saya, Sigid Wisnu Wardono. Dia juga pecinta kopi. Hari ini dia membuat tulisan tentang kopi di note FBnya. Tulisan yang membuat saya semakin semangat untuk ngopi. saya share disini untuk para penggemar kopi yang ada di kompasiana. Semoga bermanfaat.

Coffee—The Wine of Islam
by Sigid Wisnu Wardono

Cerita berawal dari seorang Arab penggembala bernama Khalid, yang menggembalakan domba nya di sebuah tempat bernama Kaffa di Etiopia Utara. Dia memperhatikan domba-domba nya menjadi lincah ketika setelah memakan buah Beri tertentu. Lalu Khalid mencoba nya dengan merebus buah Beri tersebut, dan saat itulah pertama kali nya kopi ditemukan. Dari sebuah catatan mengatakan bahwa pada abad ke-15 buah Beri ini pertama kali di ekspor dari Etiopia ke Yaman dalam bentuk biji kering, dimana biji ini menjadi minuman para sufi untuk tetap terjaga di malam hari dan di hidangkan pada acara-acara istimewa tertentu sufistik. Pada akhir abad ke-15, minuman ini datang ke Mekah dan Turki, kemudian sampailah ke Eropa melalui Venice pada tahun 1645. Minuman kopi ini di bawa ke Inggris oleh seorang Turki bernama Pasqua Rosse, yang membuka Rumah Kopi pertama di Inggris pada tahun 1650, di Jalan Lombard kota London. Dalam bahasa Arab minuman ini disebut ‘Qahwa’, di Turki menjadi ‘Kahve’ di Italia menjadi ‘Caffe’ sampai ke Inggris menjadi ‘Coffee’.

Asal usul kata dan makna (etimologi) kopi adalah ‘Qahwa’, dari bahasa Arab klasik yang sesungguh nya merujuk pada sebuah minuman yang di produksi dari ekstraksi biji-bijian yang di haluskan, yang di minum seperti anggur merah atau sebuah cairan yang apabila di konsumsi akan menimbulkan perasaan senang dan menimbulkan efek tertentu, yang bisa juga di gunakan sebagai obat. Bagi sebagian tertentu yang tidak suka menggunakan bahasa Arab dan dari asal-usul yang berbeda, mengatakan bahwa kata ilmiah nya kopi adalah “Coffea Arabica”. Tapi kemudian tetap di pertanyakan dari mana asal kata ‘coffea’ tersebut? Lalu kemudian di tegaskan oleh mereka bahwa asal kata Coffea merujuk pada daerah asal tumbuhan kopi ini, yaitu daerah Caffa di Etiopia Utara.

Para peminum kopi modern saat ini mungkin tidak menyadari bahwa tradisi minum kopi ini adalah warisan dari golongan para sufi di Arab Utara. Syeh Shadhiliyya dan pengikutnya yang memperkenal kan dan mengembangkan minuman ini di Yaman. Syeh Shadhiliyya atau Abu al Hasan al Ali bin Umar, mengenal buah Beri ini pada saat dia bekerja di pengadilan Sultan Sadaddin II di Etiopia Utara. Sekembalinya Abu al Hasan dari Etiopia, dia mengembangkan pengetahuan bahwa biji ini tidak hanya bisa dimakan tetapi mampu memelihara keterjagaan (wakefullness). Hingga saat ini Syeh Shadhiliyya diberi kehormatan sebagai Syeh Pengembang Kopi (Saint of Coffee-Growers), pemilik rumah kopi pertama dan seorang peminum kopi (coffee drinker). Di Aljazair kopi terkadang di sebut dengan ‘shadhiliyye’ mengambil nama dari syeh Shadhilli sebagai penghomatan kepadanya.

Sudah menjadi sesuatu yang lazim di kalangan para sufi, merebus biji kopi lalu meminum hasil rebusan itu, agar tetap terjaga pada dzikir-dzikir malam mereka. Ya betul, pada awalnya biji kopi direbus. Biji kopi yang di bakar/sangrai dikembangkan oleh orang-orang Persia.

Salah seorang pengikut Shadhiliyyah, Abu Bakar bin Abdullah al Aydarus, sangat terkesan dengan efek yang ditimbulkan minuman ini, bahkan ia membuat sebuah “qasidah” (puisi) untuk menghormati minuman ini. Para sufi peminum kopi menyebut efek euforia yang ditimbulkan oleh minuman dengan “Marqaha”. Seorang Mistikus dan Teologis Syeh Ibnu Ismail Ba Alawi al Shihr menyatakan bahwa meminum kopi jika di padukan dengan doa yang khusuk dan penuh keyakinan mampu membawa seseorang kepada pengalaman Qahwa Ma’nawiyah (qahwa sempurna) dan Qahwat al Sufiyah, atau jika di terjemahkan secara bebas adalah "Sebuah kenikmatan dimana seseorang mampu melihat misteri tersembunyi milik Allah dan mencapai pengungkapan yang indah akan wahyu agung” (the enjoyment which the people of God feel in beholding the hidden mysteries and attaining the wonderful disclosures and the great revelations).

Para pengikut Shadhiliyah sangat aktif di persoalan perdagangan dan pengembangan kopi, bahkan Syeh Abu al Hasan ash-Shadhili, enggan untuk menerima murid dari seorang yang sudah mempunyai pekerjaan. Hal tersebut menjadi terlihat jelas, bahwa kemudian kopi menjadi sebuah komoditi, bisa dijadikan sebuah perkerjaan yang mampu mengembangkan ekonomi lokal. Iklim Arab Utara memang ideal untuk tanaman kopi. Pelabuhan Yaman, khususnya pelabuhan Mocha, menjadi ekportir kopi utama di dunia.

Kawan, mari kita ngopi.. :)

**************

*selamat menikmati kopi hari ini ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun