Mohon tunggu...
Nur Anisa Saleha
Nur Anisa Saleha Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Negeri Makassar

suka ke alam sebab menemukan tenang diantara sunyi dan hijau, juga memiliki kepribadian peduli namun tetap tenang dan selektif, serta menyukai konten yang mengupas isi buku-karena di sana, ada banyak jiwa yang bicara lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesadaran Politik Gen Z: Dianggap Ancaman, Bukan Harapan

12 Oktober 2025   11:00 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:03 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika semangat muda mulai menyala dan suara kebenaran menggema dari jalan-jalan kota, negeri ini justru membalasnya dengan borgol dan pasal. Dalam gelombang demonstrasi yang mengguncang berbagai wilayah Indonesia pada Agustus 2025, Polri menetapkan 959 orang sebagai tersangka, dan 295 di antaranya anak-anak.

Komnas HAM serta KPAI memperingatkan adanya pelanggaran serius terhadap prinsip perlindungan anak dan hak asasi manusia. Laporan dari berbagai daerah menyebutkan adanya intimidasi, ancaman, hingga proses hukum yang tidak transparan. Namun yang paling memilukan, sebagian besar dari anak-anak itu bukanlah pelaku anarkisme, melainkan generasi muda yang mulai sadar akan realitas ketidakadilan di negeri ini.

Ketika Hukum Tak Lagi Menjadi Pelindung

Dulu, hukum dianggap sebagai tempat mencari keadilan. Kini, rakyat justru semakin takut mendekatinya. Mereka tahu, melapor bukan lagi solusi, melainkan awal dari persoalan baru. Banyak yang kehilangan keyakinan bahwa keadilan bisa ditegakkan, karena hukum telah menjadi alat kekuasaan, bukan pelindung rakyat. Di tangan rezim demokrasi, hukum berubah menjadi pagar yang melindungi elite, bukan jaring yang menyelamatkan rakyat kecil. Rakyat yang mengeluh tentang ketimpangan justru dituduh menyebar kebencian. Anak muda yang bersuara dianggap provokator. Di mata sistem ini, keberanian menuntut keadilan lebih berbahaya daripada kejahatan itu sendiri.

Lembaga-lembaga hukum yang seharusnya menjadi harapan terakhir kini justru menambah luka dan keresahan. Bukan karena rakyat membenci hukum, tetapi karena hukum telah kehilangan ruh keadilan. Ia hidup tanpa nurani, berjalan tanpa arah, dan berpihak pada mereka yang punya kuasa serta harta.

Demokrasi-Kapitalisme Membungkam Kesadaran Politik

Inilah wajah asli demokrasi-kapitalisme. Di atas panggung, ia menjanjikan kebebasan berpendapat, tapi di balik layar ia memenjarakan pikiran yang tak sejalan. Dan ketika Gen Z mulai sadar politik dan menuntut perubahan, mereka dihadapkan pada stempel “anarkis” dan “radikal.” Padahal, mereka hanyalah anak-anak yang tumbuh dalam keterasingan sosial yang menyaksikan kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan tanpa pernah benar-benar mendapat jawaban. Sistem ini tidak takut pada kekacauan; yang ia takuti adalah kesadaran. Karena kesadaran adalah awal dari perubahan. Maka setiap bentuk kesadaran politik umat, terutama yang lahir dari generasi muda, selalu dianggap ancaman. Sebab, dalam demokrasi, kebenaran bukan lagi diukur dari keadilan, melainkan dari kepentingan kekuasaan.

Islam: Menumbuhkan Kesadaran, Bukan Membungkam

Berbeda dengan sistem sekuler yang takut pada suara rakyat, Islam justru menumbuhkan kesadaran itu. Dalam pandangan Islam, politik bukan intrik kekuasaan, melainkan amanah untuk mengurus urusan umat. Pemuda yang berani mengoreksi penguasa bukan musuh negara, melainkan penegak kebenaran.

Rasulullah SAW bersabda:

“Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun