Mohon tunggu...
Nurani Prima D
Nurani Prima D Mohon Tunggu... Musisi - :)

Masih belajar dan mau terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Biota Laut: Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

19 November 2020   17:54 Diperbarui: 19 November 2020   18:39 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2013 Maldives by MDC SeaMarc (via Wikimedia Commons)

Penyu merupakan salah satu reptil purba yang masih hidup hingga sekarang. Di dunia terdapat tujuh jenis penyu yang masih hidup, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu tempayan (Caretta caretta) dan penyu kemp's ridley (Lepidochelys kempi). 

Penyu sisik/ hawksbill turtle dengan nama latin Eretmochelys imbricata merupakan satu satu dari ketujuh jenis penyu di dunia yang keberadaannya kini terancam punah. Menurun daftar merah IUCN, hewan ini dikatergorikan terancam punah pada level kritis (critically endangered). Di Indonesia, penyu sisik telah ditetapkan sebagai spesies langka dilindungi pada Undang-undang nomor 7 tahun 1999 bersama dengan 6 jenis penyu lain, kecuali penyu kemp's ridley. 

Populasi penyu sisik terus menurun hingga 80% dalam satu abad terakhir. Banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi, antara lain perburuan liar dan adanya parameter lingkungan yang kurang sesuai dengan karakteristik habitat peneluran penyu sisik. Selain itu, di beberapa daerah penyu sisik merupakan sumberdaya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Perdagangan produk yang berasal dari penyu sisik, seperti telur, daging, dan karapas masih banyak ditemukan hingga saat ini. Padahal, CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) telah mengkategorikan semua jenis penyu dalam appendix I, berarti dilarang diperdagangkan secara komersil. 

Penyu sisik dapat ditemukan di wilayah perairan tropis dan subtropis. Penyu berbeda dengan kura-kura yang hidup di darat. Penyu hidup di laut dan terkadang muncul di darat untuk mengambil napas karena bernapas menggunakan paru-paru. Selain itu, penyu sisik memiliki alat bantu pernapasan berupa kulit tipis pada kloaka untuk mengambil oksigen secara difusi.

Penyu sisik memiliki area jelajah hingga 500 km. Seperti halnya penyu laut lain, pergeseran habitat dapat terjadi saat dewasa berkaitan dengan pencarian sumber daya, pasangan, juga menghindar dari kompetisi. Belum lama ini, untuk pertama kalinya penyu sisik yang ditemukan di Korea Selatan berhasil terdaftar dan terdeskripsi morfologinya secara rinci.

Penelitian Kim dkk. (2020) ini menjelaskan ciri-ciri morfologi penyu sisik, yaitu sisik yang tumpang tindih seperti genteng (imbricate) dengan empat pasang sisik samping pada tempurung/ karapas dan dua pasang di sekeliling mata. Tengkorak kepala bagian depan sempit dengan paruh kuat serta runcing. Lengannya berbentuk dayung dilengkapi dengan dua pasang kuku (cakar). Warna tubuh ketika dewasa coklat kehitaman dan bagian bawah kepala serta bagian perut (plastron) berwarna kuning muda. Haplotipe sekuens DNA penysu sisik yang ditemukan ini identik dengan haplotipe EIJ11 E. imbricata yang ditangkap di Kepulauan Yaeyama, Jepang sebelumnya (516 bp, nomor aksesi GenBank: AB485806). 

Penyu laut umumnya membutuhkan tiga macam habitat dalam siklus hidupnya, yaitu habitat makan, habitat kawin, dan habitat peneluran. Habitat makan dan kawin berada di daerah ekosistem terumbu karang yang banyak tumbuhan dan binatang laut yang bersembunyi. Penyu sisik sebagai karnivor memakan udang-udangan, moluska, ubur-ubur, dan sebagainya. Habitat bertelur penyu ini berada pada daerah pantai yang ditumbuhi alga laut dan lamun. Keberagaman habitat ini dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup penyu sisik, sebab jika salah satu habitat tercemar dan rusak, akan sulit bagi hewan ini untuk memenuhi kebutuhan makan dan bereproduksi. 

Menurut Nuitja (1992); Hermawan dkk (1993) penyu bersarang pada kisaran antara 4 -- 12 meter dari batas vegetasi terluar hingga batas air dan tidak acak. Pada malam hari sampai menjelang fajar, penyu sisik betina naik ke daratan untuk bertelur di waktu musimnya. Sebelum bertelur, para betina akan memantau keadaan sekeliling dengan gerakan kecil.

Dalam satu kali bertelur, penyu sisik dapat menghasilkan hingga 130 butir telur dengan waktu inkubasi antara 50 -- 60 hari. Penelitian yang dilakukan di Kepulauan Seribu oleh Pranata dkk. (2020) menjelaskan berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson diperoleh keterkaitan antara kemiringan dan lebar pantai terhadap jumlah sarang penyu sisik. Penyu sisik cenderung memilih bersarang di pantai yang landai dan tidak terlalu lebar. Pantai dengan morfologi sangat lebar akan memperdulit induk penyu mencapai daerah bersarang.

Menurut Wilson dkk. (2010) keberadaa penyu di ekosistem sangatlah penting. Penyu berperan dalam pemeliharaan habitat, keseimbangan jaring-jaring makanan, siklus nutrien yang baik, dan pengadaan habitat. Peran pemeliharaan habitat dilakukan penyu sisik di terumbu karang, yaitu ketika penyu sisik memakan bunga karang, ekspansi bunga karang di atas permukaan terumbu karang berkurang dan memungkinkan terumbuh karang membentuk koloninya.

Penyu sisik yang memakan ubur-ubur menjaga rantai makanan agar populasi ubur-ubur tidak mengalami ledakan yang akhirnya bisa mengurangi jumlah ikan di laut. Siklus nutrien yang lebih baik terjadi di darat dan dasar laut. Saat mencari makan di dasar laut, penyu sisik meninggalkan jejak sedimen dengan lengannya sehingga meningkatkan aerasi dan distribusi sedimen. Sedangkan, di darat sebagai lokasi peneluruan penyu merupakan sumber makanan bagi banyak predator yang mendistribusikan kembali nutrien lewat fesesnya. Peran pengadaan habitat melalui karapas penyu sisik yang memungkinkan spesies epibiont untuk tinggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun