Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan padatnya industri yang mewarnai Desa Randupitu, sebuah karya seni tradisional berusaha mempertahankan eksistensinya. Batik Sekar Randu, warisan seni dan filosofi Desa Randupitu yang menarik perhatian mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Malang. Didorong rasa ingin tahu yang mendalam, mahasiswa KKN kemudian melakukan eksplorasi lebih jauh untuk menyingkap kisah di balik helaian kain bermotif unik ini, menelusuri benang merah yang mengaitkan tradisi, identitas, dan semangat masyarakat lokal yang tak pernah padam.
Filosofi di Balik Nama
Sekar Randu merupakan akronim dari "Sesek Karo Randu", perpaduan dua elemen khas yang menjadi identitas Desa Randupitu.
Sesek, anyaman bambu tradisional yang dulu menjadi kerajinan tangan turun-temurun warga desa.
Randu, daun pohon kapuk yang menjadi inspirasi utama motif batik
Motif daun Randu dalam batik ini memiliki tujuh helai daun yang digambarkan masing-masing menyimpan filosofi mendalam:
- Keindahan - Menjadi cerminan kecantikan alam desa yang asri.
- Keanggunan - Melambangkan kelembutan dan kebijaksanaan warga desa.
- Keselarasan - Menggambarkan harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
- Keelokan - Menghargai nilai estetika dalam kehidupan sehari-hari.
- Kesabaran - Mewakili ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan.
- Ketekunan - Menandakan semangat kerja keras dan pantang menyerah.
- Kerukunan - Simbol persatuan dan gotong royong dalam masyarakat.
Nilai-nilai ini menjadi cerminan karakter dan pandangan hidup masyarakat Randupitu yang dijunjung tinggi dari generasi ke generasi.
Sosok di Balik Karya
Batik Sekar Randu merupakan hasil karya kolektif ibu-ibu PKK Desa Randupitu dengan Bu Hartini (Bu Har) sebagai pelopornya. Perjalanan batik ini dimulai pada tahun 2019 melalui program PNPM. Dari 25 anggota awal, Bu Har konsisten menggerakkan aktivitas membatik di desa ini dengan dukungan dari pemerintah desa dan berbagai pihak sehingga secara bertahap batik ini mulai mendapat pengakuan dari berbagai kalangan.
Lahirnya Batik Sekar Randu