Drama adalah cermin kehidupan. Sejak ribuan tahun lalu, manusia menggunakan panggung sebagai medium untuk menuturkan kisah, mengekspresikan emosi, sekaligus menggugah kesadaran bersama. Perjalanan drama dari tragedi Yunani kuno hingga menjelma ke dalam panggung digital saat ini bukan sekadar sejarah seni, tetapi juga perjalanan budaya manusia itu sendiri.
Tragedi Yunani: Awal dari Segalanya
Kisah drama dimulai di Yunani kuno, sekitar abad ke-5 SM. Pada masa itu, teater menjadi bagian dari ritual keagamaan untuk memuja dewa Dionysus. Tragedi lahir sebagai refleksi tentang nasib, kehendak para dewa, dan pertanyaan eksistensial manusia. Nama-nama besar seperti Aeschylus, Sophocles, dan Euripides melahirkan karya abadi yang masih dipelajari hingga kini.
Di sisi lain, komedi Yunani yang dipelopori Aristophanes memberikan wajah lain dari drama, penuh satir sosial dan sindiran politik. Teater bukan hanya hiburan, tetapi juga ruang kritik yang berani menantang kekuasaan.
Dari Romawi hingga Abad Pertengahan
Ketika drama Yunani memengaruhi kebudayaan Romawi, bentuk pertunjukan menjadi lebih megah dengan arena besar, gladiator, dan pementasan yang menggabungkan hiburan rakyat. Namun, setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, drama sempat meredup.
Pada Abad Pertengahan, drama kembali hidup dalam bentuk drama liturgis di gereja-gereja. Lakon-lakon Alkitab dimainkan untuk mendidik umat yang sebagian besar buta huruf. Dari altar gereja, drama kemudian keluar ke alun-alun, menjadi tontonan rakyat dengan nuansa religius bercampur folklor.
Renaisans: Era Shakespeare dan Kebangkitan Panggung
Memasuki abad ke-16, drama mengalami revolusi besar. Di Inggris, muncul William Shakespeare, yang menulis tragedi, komedi, hingga sejarah dengan kekuatan bahasa yang luar biasa. Di Italia, berkembang commedia dell'arte, dengan improvisasi dan karakter-karakter khas bertopeng.
Drama pada masa ini bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga karya sastra yang menggali psikologi manusia. Pertunjukan menjadi sarana intelektual sekaligus hiburan massal.
Abad Modern: Realisme dan Eksperimen
Memasuki abad ke-19 dan ke-20, drama semakin mendekatkan diri pada kehidupan nyata. Tokoh-tokoh seperti Henrik Ibsen dan Anton Chekhov memperkenalkan drama realis yang menyoroti kehidupan sehari-hari, konflik keluarga, hingga persoalan sosial.
Di sisi lain, muncul pula teater eksperimental---dari Bertolt Brecht dengan konsep "epic theatre" hingga Samuel Beckett dengan absurditasnya. Panggung menjadi ruang percobaan, tempat lahirnya berbagai bentuk baru yang mencerminkan kegelisahan zaman modern.