Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Mengajarkan Anak Membaca Al Qur'an

27 September 2012   16:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35 3649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_208387" align="aligncenter" width="531" caption="Belajar Membaca Al Quran (Doc: duniainfo100.blogspot.com)"][/caption] Dulu sewaktu saya masih kecil, Bapak saya selalu mengajarkan saya membaca Al Qur'an. Baru kalau beliau tidak sempat, Ibu yang menggantikannya. Namun, yang namanya anak-anak disuruh belajar, tahu sendiri pura-pura capek, ngantuk, sedang bermain dan berbagai alasan selalu dibuat. Sampai akhirnya kelas 4 SD pun saya belum tamat atau khatam untuk membacanya. Akhirnya, Paman saya (adik Bapak) yang mengambil alih posisi untuk mengajari saya membaca al Qur'an. Eh diambil alih sama Paman, saya merasa terlalu pelan dalam mengajarinya, akhirnya saya tidak sabar. Maka saya mencoba membaca sendiri dengan memperhatikan pola panjang pendeknya. Dari situlah, saya  mencoba mendahului apa yang Paman saya ajarkan. Dus, saya bisa cepet selesai belajar membaca Al Qur'an dengan cara belajar sendiri, walaupun  pada awalnya masih dikoreksi sana sini untuk tajwidnya. Begitulah cara saya belajar. Jadi pada dasarnya mereka mengajarkan sampai 10 juz, sisanya saya mencoba membaca sendiri. Kebiasaan saya membaca Al Qur'an pun masih terus berlangsung sampai sekarang. Seringnya saya lakukan hampir setiap hari sehabis shalat Maghrib dan shalat Shubuh. Hal ini saya lakukan untuk memberi contoh dan menanamkan kecintaan membaca Al Qur'an ke anak saya dan untuk selalu ingat pada Al Qur'an bagaimana pun kesibukan kita setiap harinya. Yeah barang 10 - 15 menit saya sisihkan waktunya untuk membaca Al Qur'an setiap hari. Alhamdulillah, ilmu membaca Al Qur'an yang saya peroleh dari orang tua, kini berhasil saya tularkan ke anak saya dengan cara yang sangat kilat. Maklum, pada waktu itu saya baru saja datang dari Amerika dan tidak ada rencana untuk mencari pekerjaan, kecuali menghabiskan waktu dengan berkebun dan menikmati liburan di Indonesia (red. There is a long story behind it). Akhirnya, saya mengajari anak saya membaca Al Qur'an dengan cara marathon kurang lebih dalam waktu 2 bulan selesai, dari buku Iqra pada awalnya sampai komplit 30 juz. Waktu yang saya pakai paling tidak 4 kali sehari sehabis shalat Fardu, kecuali shalat Isya karena sudah capek seharian bermain-main tentunya. Kebiasaan anak saya memang shalatnya di mesjid, setelah pulang baru saya ajak dia untuk belajar/mengaji. Saya sengaja tidak menyerahkan pengajaran  membaca Al Qur'an dan pendidikan agama pada orang lain, tapi dengan menanganinya sendiri. Kebetulan saya bisa dengan cara praktek langsung tentunya. Bukan dengan teori tajwid, walaupun tahu sedikit-sedikit.  Lumayan cepet sekali dia bisa menangkapnya. Bayangkan hanya dalam waktu 2 bulan dia sudah tamat/khatam belajar membaca Al Qur'an. Caranya dengan penguasaan membaca sesuai dengan tajwid untuk beberapa juz, kemudian menyuruh anak saya untuk mencoba membacanya sendiri. Tentu saya ada di dekatnya untuk membetulkan kalau ada yang salah ucap dan panjang pendeknya. Benar juga dia bisa berhasil dalam waktu kurang lebih 2 bulan saja, 3 tahun yang lalu tepatnya. Namun, saya yakin akan sulit ditiru. Kenapa??? Karena belajarnya memang marathon. Empat atau Lima kali sehari saya mengajari dia. Anak mana yang mau belajar seperti itu. Memang sih cuma 15 menit saja sekali mengaji, tapi karena seringnya itu, lama-lama yaa selesai juga. Terus sewaktu kami ke Jakarta dan anak saya mendaftar di SMP PB Soedirman, Cijantung. Percaya nggak? Test masuknya selain mata pelajaran yang biasa mereka peroleh,  ada test mengaji dan itu sebagai salah satu penekanan untuk diterima nya. Bayangkan, kalau saya tidak mengajari dia untuk belajar membaca dengan serius, mungkin dia masih tetap belajarnya  menggunakan buku Iqra. Keuntungan lainnya lagi,  selama di SMP hampir setiap akhir semester ada test membaca Al Qur'an dan kalau belum dapat nilai katakanlah lolos, yaa harus remedial atau mengulang. Bahkan ada program intensif untuk penekanan membaca Al Qur'an ini bagi yang belum berhasil. Ibu Guru Wali kelas nya dulu pernah bilang, Amri sudah lulus dan tidak perlu remedial atau mengulang pelajaran membaca Al Qur'an. Tapi test itu tetap diadakan setiap akhir semesteran selama 3 tahun. Bahkan sampai saat mau Ujian kelas 3, ada Ujian untuk membaca Al Qur'an. Target pendidikan di SMP PB Soedirman memang , anak-anak harus bisa membaca Al Qur'an dan shalat berjamaah di mesjid untuk Dzuhur dan Asar nya, habis itu baru mereka dibolehkan pulang. Sekarang kami berdua tinggal mempraktekkan membacanya setiap hari di rumah dan mencoba mendalami isinya untuk kemudian mengamalkannya. Bagaimana menurut Anda? Silakan sharing pengalaman mengajarkan membaca Al Qur'an bagi putra-putrinya di rumah. Saya tahu pengalaman saya mungkin sulit untuk ditiru, tapi bisa dicoba atau malah  selesai lebih cepat lagi. Salam Indonesia Damai

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun