Mohon tunggu...
Nunu Halimi
Nunu Halimi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Ibuk yang masih belajar nulis. Selalu berusaha belajar dan sedia berproses demi menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Keep Connected di nu.jannah@gmail.com Twitter : @nunuhalimi IG : nunuhalimi Blog : nunuhalimi.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berdayakan Kampung Sebagai Tempat Wisata, Jelajah Kota Bogor Jadi Lebih Seru

30 Oktober 2022   18:12 Diperbarui: 30 Oktober 2022   19:19 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Bogor, bagi saya yang merupakan warga kota Depok,.. ya sudah biasa..

Sering belanja kain ke Pasar Anyar, atau mampir makan toge goreng di belakang RS PMI. Bolak-balik Bogor-Depok, naik KRL tidak sampai satu jam, tak perlu waktu lama, sudah sampai rumah lagi.

Tetapi, ternyata berbeda dengan seorang teman saya, yang berasal dari satu kota di Jawa Tengah, dan tau kalau kota Depok tidak jauh dari Bogor.

"Nu, kapan-kapan aku pingin main, ajak aku keliling kota Bogor dong?!"

"Dulu pernah jalan-jalan waktu masih SMP, berkesan senang banget, pingin ke sana lagi.."


Ya, seperti itu, isi percakapan ini kami pada suatu hari melalui whatsapp.

Lalu, satu hal saya sadari..

Begitulah, kadang karena kita merasa sudah terlalu biasa berkunjung, melihat, atau bertemu, akhirnya menganggap sesuatu sebagai hal yang normal, biasa saja. Padahal saya juga beberapa kali pernah berwisata, staycation, melipir kulineran bareng keluarga dan mengakui memang kota Bogor itu berkesan, menyenangkan, vibesnya pas buat healing. Itu artinya, sebenarnya kota Bogor luar biasa untuk saya, cuma nggak sadar aja..hehe..

Sebagai kota tujuan wisata, kota Bogor memang menarik. Banyak keseruan ditawarkan kota Bogor. Cuacanya sejuk, kulinernya enak dan banyak tempat wisata ada di kota Bogor ada Kebun Raya Bogor, Jalan Surya Kencana, The Jungle, dan lain-lain.

Secara umum masih banyak tempat wisata yang belum saya kunjungi. Makanya saya senang sekali Ketika hari sabtu lalu tanggal 22 Oktober 2022, terpilih sebagai salah satu peserta trip bareng, jalan-jalan Kotekasiana Komunitas traveler kompasiana.

Awalnya saya pesimis, apa iya bisa terpilih. Sudah lama tidak menulis di Kompasiana, dan komunitas traveler ini juga baru bagi saya. Langsung merasa kurang update, ternyata ini adalah kunjungan wisata Kotekasiana sudah yang ke empat kalinya. 

Komunitas ini ternyata seru, asyik banget, ramah dan welcome kepada peserta baru. Kotekatrip yang ke 4 ini mengusung tema Wonderful Indonesia "Lebih Seru di Kota Bogor"

Oiya, ini juga jadi perjalanan pertama saya pasca pandemi, bahkan untuk pertama kalinya saya naik KRL lagi ke stasiun Bogor setelah hampir tiga tahun masa pandemi.

Banyak hal berubah di stasiun Bogor. Salah satunya ada penambahn pintu keluar baru yang mengarah ke Jl. Kapten Muslihat, lokasi yang dahulu merupakan area Taman Topi kini sudah berganti menjadi alun-alun kota Bogor. 

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Yup! Perjalanan bareng Kotekasiana ini dimulai dari Stasiun dan Alun-alun kota Bogor sebagai titik kumpul. Di sini kami disambut perwakilan dari Dinas Pariwisata dan kebudayaan kota Bogor, yaitu bapak Wawan, selaku sekretaris dinas pariwisata kota Bogor dan Bapak Ara Wirasasra, Kepala bidang Pemasaran pariwisata Kota Bogor. 

Memaparkan apa saja yang ditawarkan pada wisata kota Bogor, yang secara georafis memang berbeda dengan kawasan kabupaten Bogor yang memiliki banyak tempat wisata berbasis sumber daya alam alami, untuk itu menjadi tantangan bagi dinas kota bogor bagaimana mengolah potensi wisata yang ada di kota Bogor agar menarik wisatawan.

Salah satunya adalah dengan memberdayakan kampung, agar wisata jadi lebih seru di kota Bogor. 

Nah, kampung-kampung wisata inilah yang kemudian menjadi itinerary perjalanan kotekasiana Trip ke 4. Kampung-kampung wisata ini dikelola dengan Konsep Pariwisata, sebagai alternatif tujuan wisata yang menggali potensi daerah secara berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Bapak Wawan, Sekretaris Dinas Pariwisata kota Bogor dan Bapak Ara Wirasasra, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Kota Bogor/Dok Pribadi
Bapak Wawan, Sekretaris Dinas Pariwisata kota Bogor dan Bapak Ara Wirasasra, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Kota Bogor/Dok Pribadi

Perjalanan dimulai

Dipandu oleh pemandu wisata Kang Arif dari HPI (Himpunan Pariwisata Indonesia) Bogor, sebelum mengunjungi kampung-kampung wisata ini kami terlebih dahulu mendapatkan kilas balik sejarah kota Bogor, yang membuat pengetahuan saya tentang kota ini bertambah.

Dari mulai proses pembangunan stasiun Bogor yang sebenarnya beroperasi sejak tahun 1872, namun baru diresmikan secara penuh pada tahun 1881

Bangunan samping area yang saat ini menjadi pintu ke luar arah alun-alun kota adalah ruang VIP bagi gubernur jenderal pejabat-pejabat Belanda yang pergi dari dan ke Bogor.

Yang menarik, pada saat itu kepala stasiun bahkan dapat melihat dan memantau kegiatan apa saja yang dilakukan di istana bogor langsung dari stasiun bogor, agar dapat mempersiapkan dan mengatur perjalanan pejabat tersebut dari stasiun bogor. Sesuatu yang tidak mungkin dilakukan pada masa sekarang, karena jarak pandang sudah tertutup bangunan dan toko-toko.

Naik Uncal keliling kampung wisata Bogor

Kembali untuk memulai perjalanan ke kampung wisata di Bogor, keseruan semakin menjadi karena perjalanan kami difasilitasi kendaraan yang spesial, yaitu naik Uncal, bus transportasi wisata keliling kota bogor seharian khusus untuk kami.

Senang banget dong ya! 

apalagi tampilan bus yang mencolok berbeda dari kendaraan lain menarik perhatian, jadi kemana pun kami melaju ada saja yang melihat dengan penasaran, belum lagi karena bodynya yang panjang, beberapa kali menjadi penyebab kemacetan, hehe..

Uncal sendiri, adalah Bahasa sunda yang artinya rusa Bus yang mirip dengan bus Bandros di kota Bandung ini berkapasitas hingga 25 penumpang.

Secara regular bus Uncal beroperasi pada hari sabtu dan minggu. Fasilitas ini disediakan pemkot bogor gratis untuk warga juga wisatawan yang berkunjung ke kota Bogor. Untuk bisa naik bus, dapat melakukan pendaftaran terlebih dahulu kemudian scan atau pindai barcode yang telah diberikan petugas atau lewat tautan, lebih detail rute dan caranya bisa dicek

di akun Instagram @uncal.bogor.

Uncal/Dok Pribadi
Uncal/Dok Pribadi

1. Kampung Batik Cibuluh

Akhirnya sampai juga ke kampung wisata pertama, yaitu Kampung Batik Cibuluh. Berlokasi di Jl. Neglasari 1 Cibuluh kota Bogor, tidak disangka ternyata di dalam perkampungan ini terdapat banyak orang-orang berjiwa seni dengan keahlian membatik. 

Dan saya benar-benar baru tau kalau di bogor ada kampung batik. Kampung batik yang selama ini identik dengan daerah seperti solo atau jogja, ternyata ada juga di bogor. Waahh!

Di kampung Batik Cibuluh, kami mengunjungi beberapa workshop pembuatan batik, diantaranya ada Batik Sadulur, Batik Pancawati, Batik Melangit, dan Batik Bumiku.

Secara keseluruhan ada sekitar empat puluh perajin batik di kampung batik cibuluh. Umumnya adalah para ibu-ibu, kampung batik ini pada awalnya dirintis oleh lima bersaudara pemilik batik Pancawati, yang dipimpin oleh ibu Dina Ayu.

Geliat kampung batik cibuluh ini di mulai sejak tahun 2014, lalu mendapat perhatian dan pembinaan pada tahun 2016, hingga kampung ini kemudian dikembangkan sebagai potensi wisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pada tahun 2019.

Di tempat ini kita dapat berwisata edukasi pembuatan batik, baik batik tulis maupun batik cap dengan sentuhan motif keunikan bogor, diantaranya batik motif talas, kijang, kujang, motif bunga rafflesia, hujan, motif daun pakis, dan lain-lain.

Menyusuri kampung Batik Cibuluh ini terasa seperti mencuci mata, motif batik yang cantik dengan warna-warna bumi dan bunga yang indah memberikan kesan menyegarkan.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Batik yang diproduksi juga bukan hanya berupa kain, tetapi dalam berbagai bentuk jadi lain, seperti baju, mukena, aksesoris, boneka, tas, ikat, syal, scarf, jaket dan masih banyak lagi.

Selain berwisata, di sini kita juga bisa belanja, untuk mensupport semangat para perajin. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau untuk ukuran kain batik yang tulis. Saya sempat bertanya kepada seorang perajin, harga kain batik tulis berkisar antara dua ratus hingga lima ratus ribu rupiah.

Dapat menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan, kampung wisata ini, pas juga program untuk studi tour anak sekolah atau mahasiswa, juga orang-orang yang yang menyukai batik, fashion, filosofi dan sejarah.

2. Kampung Pulo Geulis

Beranjak dari Kampung Batik Cibuluh, tujuan kami berikutnya adalah ke Kampung Pulo Geulis. Kampung ini berada di daerah Jl. Riau, kota Bogor.

Untuk masuk ke dalam kampung Pulo Geulis, kami harus menyeberang jembatan kampung yang terbentang di atas sungai ciliwung yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan pengguna kendaraan roda dua.

Kampung Pulo Geulis adalah sebuah kampung berada di tengah, membelah sungai ciliwung, hingga jika dilihat jadi seperti sebuah pulau di atas sungai.

Nama pulo geulis sendiri diambil dari Bahasa sunda, pulo yang berarti pulau dan geulis yang berarti cantik, jadi kampung pulo geulis artinya kampung pulau cantik

Kampung Pulo Geulis dihuni oleh lebih dari dua ribu penduduk, dengan luas 3,5 hektar, makanya tidak heran kalau kampung ini terasa padat dan rapat. Terdiri dari berbagai macam suku dan daerah, secara umum penghuni kampung ini didominasi orang sunda dan tionghoa. Karena keunikannya inilah kampung ini kemudian dikembangkan menjadi kampung etnik sebagai tempat wisata.

Selain itu, kelebihan kampung ini adalah terdapatnya situs peninggalan sejarah yaitu Klenteng Phanko Bio, tempat untuk bersembahyang warga keturunan tionghoa.

Memasuki kampung pulo geulis, kami tiba di klenteng Phanko dan disambut oleh penampilan barongsai yang atraktif, lalu kemudian bertemu dengan bapak Chandra selaku pimpinan klenteng Phanko, Bapak Hamzah ketua RW dan dua anak muda warga kampung Pulo Geulis yang menggerakkan pengembangan pariwisata kreatif kampung etnik pulo geulis.

Klenteng Phanko Bio termasuk dalam kuil tertua di nusantara, lokasi klenteng ini berdiri sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan Pajajaran, ditandai dengan batu-batu besar di dalam klenteng, konon di sini tempat peristirahat Prabu Siliwangi, juga menjadi tempat petilasan para penyebar agama islam zaman dahulu.

Klenteng Phanko Bio adalah klenteng yang dipersembahkan kepada dewa Phanko, selayang pandang tentang Dewa Pan Kho, yaitu dewa yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa sebagai sang pencipta alam semesta, yang sebelumnya bermula dari banyak kekacauan dan kegelapan, kemunculan Dewa Pan Kho berasal dari sebutir telur yang menunggu ribuan tahun sebelum akhirnya menetas dan menjadi penyelamat.

Kampung Pulo Geulis, digiatkan sebagai wisata kampung etnik, karena kampung ini adalah perwujudan hidup selaras, harmoni dalam keberagaman, dapat mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan baik meski terdiri banyak suku bangsa. Tidak pernah ada perselisihan di kampung Pulo Geulis, masyarakat saling bahu membahu dan membantu dalam segala kegiatan tanpa memandang latar belakang. 

Satu informasi baru yang saya dapatkan dari bapak Chandra, saya jadi tau perbedaan antara klenteng, kuil dan vihara bagi orang tionghoa.

Kuil dan vihara adalah tempat beribadah dan berdo'a yang umumnya dilakukan seseorang yang menganut agama tertentu, dalam hal ini contohnya budha, kong hu cu, dan lain-lain.

Sementera klenteng merupakan tempat sembahyang bagi siapa saja yang percaya dengan dewa, tidak terbatas untuk orang tionghoa. Siapapun terbuka dan bebas jika ingin berdo'a di klenteng dengan membawa keyakinannya masing-masing.

3. Kampung Labirin

Kampung Labirin cheeecck!

Hahaha.. Itulah kalimat ice breaker yang membuat kami bersemangat lagi, meskipun kaki sudah lumayan pegal berkeliling di kampung batik dan kampung pulo Geulis.

Kami melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan pemandu wisata mba Ade Irma yang someah (bahasa sunda; yang artinya ramah membuat suasana ramai) pemandu kami ke kampung Labirin. Berjalan lagi menyusuri kampung. Rasa lelah tidak terasa.

Kampung Labirin yang aslinya bernama kampung Kebon Jukut, berada di kecamatan Bogor Tengah, kampung ini dikembangkan sebagai kampung tematik yang juga merupakan bagian dari program CSR kampung binaan  PT ASTRA Honda Indonesia.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Mengapa dinamakan Kampung Labirin?

Kampung ini dinamakan kampung labirin, adalah karenasuasana kampung yang padat penduduk, dan hanya menyisakan sedikit space gang-gang kecil untuk jalan kaki, ditambah lagi keberadaan gang-gang itu berliku-liku, seperti labirin.

Bagi orang luar kampung yang pertama kali masuk ke kampung ini dipastikan akan tersesat, karena tidak menemukan jalan ke luar. Pun demikian banyak pedagang dengan gerobak, yang ketika berjualan masuk ke dalam kampung berputar-putar saja.  Saya pribadi cukup kaget yaa, ternyata ada kampung seperti ini di kota Bogor. 

Bicara soal Kawasan padat penduduk dengan gang ala-ala labirin yang bahkan lebih ruwet, sebenarnya bukan hal baru bagi saya, di Depok dan Jakarta juga ada, dan saya pernah mengalami nyasar di kampung orang, heheh,.. tapi ya nggak terpikir ini bisa jadi tempat wisata.

Inilah kreatifnya Kampung Labirin Bogor, mengelola sesuatu yang mungkin sebuah kekurangan, tetapi jika diolah bisa menjadi daya tarik dan menjadikannya sebagi kampung wisata.

Karena ada pemandu jadi kami tidak takut tersesat dong ya!?

Kampung Labirin dikembangkan sebagai kampung wisata tematik, masyarakat diberdayakan untuk mengolah potensi wisata yang ada, anak-anak muda digiatkan untuk menghidupkan kesenian daerah, seperti angklung dan menari. Sementara orangtua giat mengelola UKM (Usaha Kecil Menengah) diantaranya dengan giat produksi keripik emping melinjo, sebagai oleh-oleh dari kampung Labirin.

Di kampung Labirin juga diadakan festival budaya kampung labirin, ini jadi acara tahunan yang menyenangkan untuk berkumpul keluarga, festival labirin selalu ditunggu, dan menjadi event favorit di kota Bogor.

Perjalanan kami masuk ke dalam gang-gang di kampung Labirin berujung di tepian sungai Ciliwung. Waah.. serasa menemukan oase, setelah berputar-putar ke luar masuk gang, yang padat dan sedikit paparan cahaya. Di akhir perjalanan ada ruang terbuka dengan udara segar, pemandangan sungai Ciliwung dan cahaya maksimal yang menyambut kami.

Dari kejauhan terlihat sekelompok anak muda sedang bermain arung jeram, dan anak-anak usia tanggung alias bocil sedang berenang menikmati derasnya arus sungai.

Alhamdulillah, cuaca hari siang itu cukup bersahabat, sehingga kami sempat berfoto di tempat yang kalau debit air sedang naik, jangan harap terjadi, karena setengah tinggi dinding tembok rumah di pinggir kali Ciliwung bisa tertutup air.

4. Kampung Mulyaharja kampung Agro Eduwisata Organik

Perjalanan kami masih berlanjut, dan ini adalah saatnya makan siang, destinasi berikutnya adalah kampung Mulyaraharja, kampung dengan persawahan terluas di kota bogor dan kami akan makan siang di sana.

Sudah terbayang dong bagaimana suasana makan-makan di pinggir sawah, hmmm..

Kampung wisata Mulyaharja adalah salah satu kampung tematik yang dikembangkan pemerintah kota bogor, berlokasi di RT 05/RW 01, Mulyaharja, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Posisinya tidak jauh dari taman wisata The Jungle Bogor.

Kampung ini adalah Kawasan persawahan milik masyarakat yang kemudian dikembangkan oleh kelompok penggerak pariwisata melalui Dinas Pariwisata dan Budaya Bogor menjadi Desa Wisata Mulyaharja.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Dibuka sejak tahun 2020, namun karena terkendala pandemi sempat terhenti, dan sekarang sudah mulai dibuka lagi.

Kampung wisata Mulyaharja, menawarkan paket edukasi untuk anak sekolah, agrowisata, tracking untuk komunitas sepeda, dan tempat makan yang rekomen untuk masyarakat umum.

Luas area persawahan di Muyaharja adalah 12 hektar, dan ini adalah yang terluas di kota Bogor.

Jangan ditanya lagi deh rasanya makan di saung pinggir sawah. Dengan masakan khas sunda yang nikmatnya tidak diragukan lagi. Dari nasi liwet, ayam goreng, dan bala-bala, sensasi makan di pinggir sawah harus dicoba deh buat yang belum pernah. 

5. Kampung Perca

Setelah makan siang, perjalanan belum usai, berlanjut ke tempat terakhir itinerary perjalanan, yaitu Kampung Perca.

Berlokasi di Gg. Raden Alibasyah, Sindangsari, Kec. Bogor Tim., Kota Bogor, atau biasa dikenal sebagai Kawasan Tajur.

Kampung perca adalah kampung tematik yang memberdayakan masyarakatnya dengan kegiatan memanfaatkan kain perca menjadi produk baru yang memiliki nilai jual, dan mengembangkan kawasannya menjadi tujuan wisata.

Perca adalah sisa-sisa kain hasil dari sisa-sisa potongan kecil kain yang dihasilkan dari produk garment atau konveksi. Sesuatu yang dianggap sampah dan tidak bisa dipakai lagi ternyata masih bisa dimanfaatkan, semangat kampung perca juga sangat relevan dengan 3R Reduce, Reuse, Recycle untuk kelestarian lingkungan.

Kampung ini pada mulanya dikembangkan untuk memberdayakan ibu rumah tangga yang dimasa pandemi lalu tidak memiliki penghasilan karena suaminya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau terlilit utang oleh rentenir.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Kampung perca diresmikan pada bulan Desember 2021 oleh gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil.  Seiring waktu, hingga saat ini kampung perca terus berkembang positif dan mampu memberdayakan lebih banyak lagi masyarakatnya.

Jika menyukai kerajinan tangan, harus banget sih berkunjung ke kampung perca, bisa untuk belajar dan mencari ide membuat pernak pernik lucu dan menarik.

Banyak hal saya pelajari di perjalanan bareng Kotekasiana yang ke 4 ini, perjalanan wisata ke kota Bogor ini memberikan value lain dari sekadar berjalan-jalan keliling kota, tetapi juga bagaimana perjalanan juga bisa memberi inspirasi, bahkan bisa mnedapat ide usaha. Serunya ada, kesenangannya dapat, pengalamannya asyik, edukasinya apa lagi, berkesan. 

Wisata ini ke kampung-kampung wisata ini juga cocok untuk dilakukan bareng keluarga, anak-anak bisa menjelajah kota Bogor, melihat sisi lain wisata, sekaligus belajar hal baru. 

Dan, kalau nanti teman saya jadi main ke kota Bogor, akan saya ajak juga berkunjung ke kampung-kampung wisata di kota Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun