Mohon tunggu...
Nunk Arif
Nunk Arif Mohon Tunggu... -

wife, mom, health functitioners, blogger

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenal RISHA dan Program 100-0-100

16 Mei 2015   14:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai air minum, permukiman dan lingkungan sekan tidak ada habisnya, mengapa? ya karena permasalahannya masih ada dan belum tuntas. Seakan menjadi PR pada setiap pergantian kepemimpinan. Untuk itulah Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) kementerian PUPR mencanangkan program 100% akses air minum, 0% permukiman kumuh dan 100% akses sanitasi. Dan 100-0-100 ini merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015 - 2019) Hal guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Berlebihan kah? Rasanya tidak. Atau pesimis dengan program ini? Tentunya jangan dong justru kita harus mendukung program ini. Karena ini merupakan program dan inovasi yang sangat baik. Karena inilah yang menjadi permasalahan disekitar kita dan harus segera dituntaskan. Saat ini berdasarkan data Bappenas dari Direktorat Cipta Kementerian Pekerjaan Umum pencapaian akses air minum mencapai 68,5%, pencapaian pengurangan kawasan kumuh perkotaan 10% dan akses yang sanitasi yang layak 60,5%.

100% Air Minum

Kalau ditanya siapa yang tidak pernah dan tidak suka minum rasanya tidak ada ya. Ya karena air minum sangat penting bagi kehidupan. Jangankan sehari beberapa jam saja tidak minum sudah merasa haus. Air minum yang baik dan layak pakai adalah yang tidak berbau, tidak berawa dan tidak berwarna. Saat ini PDAM yang memiliki kinerja sehat dalam hal pengolahan air minum baru mencapai 51% dan tingkat kehilangan air  secara raional sebesar 33%. Dan permasalahan lainnya yang dihadapi adalah kebutuhan air baku yang diperkirakan sebesar 128.000 liter/detik. Itulah tantangan bagi kita semua agar hak masyarakat atas sir bersih terpenuhi.

0% Pemukiman Kumuh

Masalah permukiman tidak jauh beda pentingnya dengan air minum, karena masalah kesehatan banyak muncul dari pemukiman yang tidak sehat. Saat ini pemukiman kumuh masih mendominasi pinggiran kota - kota besar. Bisa memiliki rumah adalah impian semua orang, ya impian, mengapa bisa dikatakan itu adalah suatu impian? Karena rumah adalah kebutuhan utama, kebutuhan primer. Tempat kita berlindung dari panas dan hujan, dan tempat berkumpul dengan keluarga melepas lelah dan berbagi kebahagiaan. Namun memiliki rumah di jaman sekarang yang serba mahal adalah impian yang bisa dikatakan susah, ya karena semakin hari dari tahun ketahun harga rumah dan tanah terus melambung. Dan sepertinya satu – satunya harga yang tidak pernah mengalami fluktuatif naik turun adalah harga tanah dan rumah. Harga tanah dari tahun ke tahun terus naik dan tidak pernah mengalami penurunan. Tidak seperti halnya elektronik maupun kendaraan yang selalu mengalami naik turun mengikuti kurs dollar.

Hidup diperkotaan dan memiliki rumah yang layak siapa yang tidak mau, namun hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak masyarakat yang tinggal di area yang tidak layak huni, keadaan lingkungan yang tidak bersih ataupun rumah yang tidak sesuai dengan standar rumah sehat. Adapun karena kasus bencana alam yang menimpa sampai merenggut rumah tempat tinggalnya sehingga untuk mendapatkannya kembali harus menunggu pembangunan dari pemerintah atau menerima uluran tangan dari berbagai kalangan. Bencana memang kerap kali menimpa tanpa bisa dihindari karena itu sudah menjadi kehendakNya.

[caption id="attachment_383881" align="aligncenter" width="500" caption="contoh kawasan kumuh (sumber : materi kementerian PUPR)"][/caption]

[caption id="attachment_383883" align="aligncenter" width="400" caption="contoh kawasan banjir (sumber : materi kementerian PUPR)"]

14317554472018779939
14317554472018779939
[/caption]

Memang dari tahun ke tahun perkembangan pembangunan rumah baru semakin meningkat, bisa mencapai 800.000 unit rumah, tapi daya beli masyarakat terbilang rendah hanya 70% termasuk masyarakat kelompok berpenghasailan rendah. Hal ini karena harga rumah yang relatif mahal, letak yang tidak strategis dengan lokasi tempat bekerja, tidak cocok dengan bahan baku yang digunakan artinya masyarakat bisa menilai mana bahan bangunan yang bagus dan kuat. Ada beberapa rumah yang sudah siap pakai terkadang bahan bangunannya yang mudah sekali rusak dan rentan terkena gempa. Adakah solusi untuk permasalahan ini?

Pusat Litbang Permukiman Pekerjaan Umum mneghasilkan suatu inovasi rekonstruksi desain yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Dimana desain kosntruksi ini merupakan konsep rumah yang seluruh komponennya dapat dibongkar pasang atau knock down system. Seperti halnya permainan anak – anak lego yang bisa dibongkar pasang begitu juga dengan RISHA. Kompenen – komponennya dibuat secara pabrikasi dengan kostruksi penyusun rumah berdasarkan ukuran modular. Dimana system ini dibuat dengan tujuan mendukung Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Rumah Sederhana Sehat (RSH). RISHA merupakan solusi untuk perumahan masyarakat yang berpenghsisalan rendah, untuk penghuni atau pengungsi korban bencana, rumah darurat.

[caption id="attachment_383887" align="aligncenter" width="300" caption="contoh RISHA (sumber : materi kementerian PUPR)"]

14317574341903337589
14317574341903337589
[/caption]

Adapun keuntungan dari RISHA diantaranya adalah : untuk segi pembangunan bisa dilakukan secara bertahap, dapat dikembangkanbaik secara vertical maupun secara horizontal, dapat dibongkar pasang bahkan dipindahkan ke lokasi lain, mosul ringan dengan maximum 50 kg, pemsangan cepat hanya membutuhkan waktu satu hari dengan catatan SDM memadai, mosulnya dapat diproduksi secara home industry, flexibilitas desain tinggi, dan dapat digunakan untuk pembangunan tempat – tempat umum misalnya mushola, sekolah, MCK, perkantoran dan puskesmas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun