Penelitian Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam berisiko dua kali lipat mengalami depresi.
Selain itu, fenomena FOMO (fear of missing out) membuat banyak orang sulit berhenti scrolling, seolah takut tertinggal kabar terbaru. Akibatnya, mereka semakin sulit beristirahat dan makin rentan mengalami isolasi sosial.
Medis: Risiko Kesehatan Tubuh
Dari sisi medis, gaya hidup nokturnal punya dampak serius. Jam biologis manusia dirancang mengikuti ritme sirkadian, teratur tidur di malam hari dan aktif di siang hari. Saat pola ini terganggu, tubuh mengalami kekacauan.
Risiko yang sering muncul antara lain:
- Obesitas dan diabetes akibat metabolisme terganggu.
- Penyakit jantung dan hipertensi karena sistem kardiovaskular bekerja di luar ritme alami.
- Gangguan otak, termasuk penurunan konsentrasi, memori, dan produktivitas.
Dokter bahkan memperingatkan jika kurang tidur kronis sama bahayanya dengan merokok, karena meningkatkan risiko kematian dini.
Filsafat: Waktu, Eksistensi, dan Makna Malam
Dalam kacamata filsafat, waktu bukan sekadar angka di jam, melainkan ruang eksistensi manusia. Siang diciptakan untuk bekerja dan berkarya, malam untuk hening dan beristirahat.
Filsuf kontemporer kerap menyoroti fenomena manusia modern yang "menggugat" makna malam. Alih-alih menggunakannya untuk refleksi atau kontemplasi, banyak orang justru mengisinya dengan distraksi.Â
Pertanyaan pun muncul: apakah manusia benar-benar menguasai waktu, atau justru diperbudak olehnya?
Agama: Malam sebagai Waktu Ibadah dan Istirahat