Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Cuma Buat Ongkos? Berapa PPmu Tiap Bulan?

8 Agustus 2025   12:00 Diperbarui: 8 Agustus 2025   11:02 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transport kerja (Sumber: freepik)

Setiap pagi, ribuan pekerja tumpah ruah di jalan. Ada yang berdesakan di gerbong KRL, menunggu bus kota yang penuh sesak, atau memacu motor melewati kemacetan panjang. 

Bagi sebagian orang, rutinitas ini tak hanya melelahkan fisik, tapi juga kantong. Ongkos pulang-pergi kerja kerap menggerus gaji hingga membuat dompet terasa kempis sebelum pertengahan bulan.

Pernahkah Anda menghitung berapa rupiah yang dihabiskan hanya untuk pergi dan pulang kerja selama sebulan? Hasilnya mungkin akan mengejutkan, jumlahnya bisa setara, atau bahkan lebih besar, dari pengeluaran pokok lainnya seperti makan dan tagihan rumah tangga.

Ongkos Jalan yang Menguras Dompet

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pengeluaran transportasi bisa memakan 20–30% gaji pekerja di wilayah perkotaan. 

Di Jakarta misalnya, pekerja yang menempuh perjalanan Bekasi–Sudirman dengan kombinasi KRL dan TransJakarta rata-rata menghabiskan Rp40.000 per hari. Dalam sebulan (22 hari kerja), totalnya mencapai Rp880.000—belum termasuk biaya ojek online menuju stasiun.

Bagi pengguna kendaraan pribadi, bebannya tak kalah berat. Harga bensin, parkir harian, dan biaya tol bisa membuat ongkos bulanan tembus di atas Rp1,5 juta. Bahkan, beberapa pekerja mengaku ongkos jalan mereka sama dengan cicilan motor atau tagihan listrik tiga bulan.

PP Kerja vs Kebutuhan Lain

Pengalaman saya dulu, kalau dihitung-hitung, ongkos kerja setara biaya makan sekeluarga selama seminggu. Itu juga yang menjadi alasan saya mencari rumah dan pindah tinggal ke daerah yang dekat dengan tempat kerja.

Perbandingan ini bukan sekadar keluhan. Di banyak kasus, ongkos transportasi rutin memang menyaingi—atau bahkan melampaui—pengeluaran kebutuhan rumah tangga lainnya. Akibatnya, porsi gaji untuk tabungan atau hiburan jadi terpangkas.

Tips Mengelola Gaji agar Ongkos Tak Mencekik

Agar biaya transportasi tidak menguasai anggaran bulanan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Buat pos khusus transportasi di anggaran bulanan agar pengeluaran terkontrol.
  2. Gunakan aplikasi pencatat keuangan untuk memantau pengeluaran harian.
  3. Manfaatkan subsidi transportasi seperti tarif KRL atau bus kota yang lebih hemat.
  4. Pertimbangkan kerja hybrid atau WFH jika memungkinkan, untuk mengurangi frekuensi perjalanan.

Strategi Meminimalisir Uang Transportasi

Selain mengelola gaji, pekerja juga bisa melakukan langkah-langkah praktis ini:

  • Pilih rute paling efisien: gabungkan moda transportasi dengan tarif termurah dan waktu tempuh optimal.
  • Carpooling: berbagi kendaraan dengan rekan kerja untuk memangkas ongkos bensin dan parkir.
  • Langganan tiket bulanan: KRL dan bus TransJakarta menyediakan paket hemat bagi pengguna rutin.
  • Park and ride: bawa kendaraan pribadi hanya sampai stasiun atau terminal, lalu lanjutkan dengan transportasi umum.
  • Atur jam berangkat: hindari jam puncak jika menggunakan ojek online untuk menghindari lonjakan tarif.

Kerja Keras, Hasilnya untuk Siapa?

Pada akhirnya, bekerja keras seharusnya memberi hasil yang nyata, bukan sekadar menghidupi jalanan dan transportasi umum. Menghitung ongkos pulang-pergi kerja adalah langkah awal untuk memahami kondisi finansial pribadi.

Sebab, kalau tidak cermat, bisa jadi Anda hanya bekerja… untuk membayar ongkos.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun